Ekosistem Sawah : Ciri-ciri, Jenis, dan Komponen

Ekosistem memiliki ruang lingkup yang sangat luas baik itu daratan maupun lautan. Disamping itu, ada juga ekosistem alami seperti sungai dan buatan seperti sawah. Ekosistem sawah digolongkan sebagai sebuah lahan pertanian yang memiliki permukaan tanah rata dan ada pembatasnya berupa pematang. Ekosistem sawah sengaja dibuat manusia agar kebutuhan pangan terpenuhi. Jadi, aktivitas umum manusia lakukan ketika berada di sawah yakni menanam kacang-kacangan dan padi. Sawah juga dihuni berbagai hewan lain yang dapat mendukung maupun merusak ekosistemnya, yakni serangga, ular, ulat, dan burung.

A. Ciri-Ciri Ekosistem Sawah

Meskipun dikategorikan sebagai ekosistem buatan tetapi sawah juga terdiri atas komponen abiotik dan komponen biotik. Ekosistem yang satu ini dapat dikenali dari ciri-ciri berikut ini :

  • Berada di atas wilayah datar dan rata, biasanya ditemukan pada daerah dataran tinggi.
  • Ditemukan berbagai macam mahluk hidup yang mampu beradaptasi dengan pegunungan atau dataran tinggi.
  • Selalu digenangi air sehingga areanya berlumpur.
  • Umumnya ekosistem sawah di Indonesia ditanami padi dan panen saat musim tertentu.
  • Adanya rantai makanan makhluk hidup yang harus seimbang. Apabila salah satu rantai makanan terputus mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem hingga gagal panen.

B. Macam Jenis Ekosistem Sawah

Ekosistem sawah ini sangat luas, berikut ini jenis sawah yang sering ditemui di Indonesia:

1. Sawah Tadah Hujan

Sawah tadah hujan adalah sawah yang kesuburan wilayahnya tergantung intensitas curah hujan. Hanya air hujan menjadi sumber pengairan, tidak ada mata air lainnya. Ekosistem sawah tadah hujan hanya berlangsung secara normal dan panen ketika musim hujan tiba. Sementara, ketika sedang kemarau tidak dapat menanam tumbuhan apapun. Masa panennya juga berbeda dari jenis ekosistem sawah lain yakni setiap 3 bulan sekali per tahunnya.

2. Sawah Pasang Surut

Ekosistem sawah satu ini memiliki ciri tersendiri yaitu dekat dengan sungai maupun pantai. Sehingga dinamakan sawah pasang surut karena terpengaruh aliran air dari wilayah perairan. Ketika air pasang otomatis pengairan sawah berjalan lancar, namun ketika air surut dampaknya sistem irigasi sawah menurun.

Khusus sawah yang terletak dekat pantai maka tanaman harus tahan terhadap air garam. Jika tidak maka tanaman tersebut terancam gagal panen terutama ketika air pasang. Sawah pasang surut umumnya ditemukan pada daerah Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.

3. Sawah Lebak

Ekosistem sawah lebak ciri khasnya adalah berada ditengah sungai yang tergolong besar. Jadi, sistem irigasinya lebih baik dibandingkan ekosistem sawah lain. Area sawah diapit sungai-sungai besar, meskipun tengah musim kemarau sawah lebak tidak akan kekurangan air.

Berbeda jika musim hujan datang, sawah lebak sangat rentan banjir karena sistem irigasinya ada di semua bagian. Alhasil, tumbuhan yang ditanam ketika musim hujan seringkali gagal panen. Adapun jenis sawah lebak salah satunya ditemukan di Sumatera Selatan yakni Sungai Ogan dan Sungai Musi.

4. Sawah Tiada Musim

Ekosistem sawah tiada musim ini tidak terpengaruh dengan musim hujan ataupun kemarau. Jadi, walaupun musim hujan tidak akan kebanjiran dan sawah juga tidak kekurangan air ketika musim kemarau. Hal ini disebabkan karena adanya sungai besar didekat sawah yang dijadikan sebagai sistem irigasi.

C. Komponen Ekosistem Sawah

Sama seperti ekosistem lain, ekosistem sawah juga tersusun dari komponen biotik dan abiotik. Simak penjelasan masing-masing komponen berikut ini.

1. Komponen Biotik

Faktanya, komponen biotik dalam ekosistem sawah terbagi menjadi 3 macam yakni :

  • Tumbuhan primer, merupakan tanaman yang dirawat petani nantinya akan dipanen. Tumbuhan primer setiap ekosistem sawah berbeda- beda sesuai dengan jenisnya dan musim. Misalnya tumbuhan primer padi, kacang kedelai, dan kacang hijau.
  • Tumbuhan sekunder, bukan tanaman untuk dipanen melainkan tumbuhan liar yang muncul dan mengganggu pertumbuhan tumbuhan primer. Biasanya berupa hama tanaman dan gulma. Apabila tumbuhan sekunder tidak segera dibasmi dapat mengambil unsur hara yang dibutuhkan tumbuhan primer.
  • Hewan, biasanya hewan yang ada disawah merugikan petani. Contohnya tikus, ular, keong mas, dan serangga. Namun, masih ada hewan yang mendukung kesuburan sawah seperti cacing dan ikan.

2. Komponen Abiotik

Komponen abiotik dari ekosistem sawah adalah unsur yang alami dan dapat diolah. Unsur-unsur ini bukan makhluk hidup, tetapi mendukung terjadinya interaksi makhluk hidup, yakni:

  • Tanah, menjadi komponen abiotik terpenting karena tanpa tanah petani tidak dapat menanam tumbuhan. Tanah di area sawah juga harus diolah dahulu baik itu menggunakan hewan ataupun traktor. Manfaat membajak sawah supaya oksigen yang ada dalam tanah lebih banyak dan kadarnya dapat membuat tanah lebih subur.
  • Air, unsur yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan keberhasilan panen. Apabila ketersedian air kurang memadai dampaknya sawah mengalami kekeringan dan berakhir gagal panen. Sayangnya, pengairan sawah yang berlebihan mengakibatkan banjir dan akhirnya juga gagal panen. Jadi, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan panen berhasil dibuatlah sistem irigasi sawah.
  • Cahaya matahari, merupakan sumber daya alam diperlukan agar proses fotosintesis tanaman berjalan lancar. Saat tanaman fotosintesis menghasilkan glukosa yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan panen.

Seperti itulah penjelasan mengenai ekosistem sawah yang harus dilestarikan manusia. Jangan lupa untuk selalu menjaga kelestarian lingkungan agar kehidupan ekosistem tetap seimbang. Semoga artikel ini bermanfaat.