Pengertian Diagnosis : Tujuan, Macam, dan Manfaatnya

Diagnosis sejatinya adalah salah satu istilah dalam dunia medis atau kedokteran. Namun dalam perkembangannya, istilah ini kemudian diadopsi ke beberapa bidang lain seperti pendidikan, psikologi, psikiatri, ekonomi, dan lain sebagainya.

A. Pengertian Diagnosis

Secara etimologis, kata diagnosis berasal dari bahasa Yunani yaitu gnosis yang berarti pengetahuan.

Pengertian diagnosis atau diagnosa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya. Diagnosis juga diartikan sebagai pemeriksaan terhadap sesuatu hal.

Adapun pengertian diagnosis atau diagnosa menurut para ahli adalah sebagai berikut.

1. D.H Barlow (1991) dalam Haryanto (2011) menyatakan bahwa diagnosis adalah suatu proses penentuan penyebab penyakit atau kelainan dan mendeskripsikan penyembuhan yang cocok.

2. B. Algozzine dan J. Ysseldyke dalam Haryanto (2011) menyatakan bahwa diagnosis adalah kefasihan dalam membedakan penyakit yang satu dengan yang lain atau penentuan penyakit dengan menggunakan ilmu. Dalam praktek medis, penentuan penyakit ini dilakukan dengan mempertimbangkan gejala-gejala karakteristik khusus suatu penyakit, sebab-sebab asal mula penyakit, peristiwa penyakit, dan perkembangan penyakit.

3. Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen dalam Rosada (2016) mendefinisikan diagnosis sebagai berikut.

  • Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang dialami seorang dengan melalui pengujian dan studi yang saksama mengenai gejala-gejalanya.
  • Studi yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial.
  • Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal

4. Poerwadarminta dalam Mulyadi (2009) mendefinisikan diagnosis sebagai penentuan suatu penyakit dengan menilik atau memeriksa gejalanya. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa istilah diagnosis biasanya digunakan dalam dunia kedokteran.

5. Harriman dalam Suryanih (2011) menyatakan bahwa diagnosis adalah suatu analisis terhadap kelainan atau salah penyesuaian dari pola gejala-gejalanya.

B. Tujuan Diagnosis

Telah disebutkan sebelumnya bahwa diagnosis tidak hanya digunakan dalam dunia medis melainkan psikologi, psikiatri, pendidikan, dan lain sebagainya.

Dalam dunia pendidikan, diagnosis digunakan untuk asesmen pendidikan. Menurut R. Acierno dkk dalam Haryanto (2011), diagnosis yang dilakukan umumnya dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.

  1. Memperoleh informasi sebanyak-banyaknya mengenai klien yang berkaitan dengan penyebab serta perkembangan masalah dari segi fisik, psikis maupun sosialnya sebagai upaya untuk dapat memahami klien maupun keluarganya.
  2. Mengetahui kelemahan dan keunggulan klien sehingga dapat memenuhi kebutuhannya yang sesuai.
  3. Data yang diperoleh dari proses pengumpulan data yang melibatkan keluarga klien sebagai upaya untuk mendalami keadaan klien dapat digunakan untuk memberi rekomendasi kepada keluarganya.
  4. Untuk kepentingan penempatan klien sehingga sesuai dengan kekurangan dan kelebihannya.
  5. Untuk kepentingan bimbingan dan konseling sehingga memudahkan pelaksanaan dan hasilnya dapat lebih memuaskan.
  6. Untuk kepentingan membuat rencana dan program pendidikan yang sesuai dengan kepribadian, kemampuan dan ketidakmampuannya.
  7. Dapat dipakai dalam pengarahan klien latihan-latihan apa yang diperlukan.
  8. Sebagai bahan untuk menentukan terapi yang sangat tepat yang dibutuhkan klien.

C. Macam-macam Diagnosis

Menurut S.R Beach et al (2006), terdapat bermacam-macam diagnosis antara lain sebagai berikut.

1. Diagnosis klinis

Diagnosis klinis atau penentuan penyakit atau penyimpangan yang didasarkan pada gejala-gelaja pada waktu individu, terlepas dari pengaruh-pengaruh yang menyebabkan perubahan-perubahan yang menandai gambaran penyakit atau penyimpangan.

2. Diagnosis diferensial atau diagnosis pembedaan

Diagnosis diferensial atau diagnosis pembedaan adalah suatu cara membedakan antara penyakit atau gangguan yang termasuk satu keluarga melalui tanda-tanda penyakit tertentu, yang berarti manifestasi atau data tes yang khas bagi yang satu, tetapi tidak untuk yang lainnya.

3. Diagnosis langsung

Diagnosis langsung adalah penentuan penyakit atau kelainan secara langsung karena gejalanya cukup menyolok atau khas, misalnya orang yang tidak mampu mendengar dapat langsung kita katakana bahwa yang bersangkutan kehilangan indera pendengaran.

4. Diagnosis fisis

Diagnosis fisis adalah penentuan penyakit atau penyimpangan dengan menggunakan cara-cara pemeriksaan atau mendengarkan dengan stetoskop, misalnya pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien yang lumpuh. Melalui pemeriksaan fisik, dapat diketahui apakah pasien menderita polio atau penyakit lainnya.

5. Diagnosis laboratorium

Diagnosis laboratorium adalah penentuan penyakit atau penyimpangan dengan pemeriksaan laboratorium, misalnya darah.

D. Manfaat Diagnosis

Menurut Annemarie Jutel dan Kevin Dew (2014), diagnosis yang dilakukan oleh para ahli (dokter, psikolog, guru, dan lain-lain) dapat memberikan beberapa manfaat dilihat dari perspektif sosiologis, di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Diagnosis memberikan status sosial kepada mereka yang melakukan diagnosis sekaligus memberikan dampak terhadap status sosial mereka yang didiagnosa (klien).
  2. Diagnosis yang dilakukan yang berkaitan dengan prognosis akan menentukan perlakuan yang akan dipilih dan tepat bagi klien.
  3. Bagi seorang klien, diagnosis memberikan keleluasaan baginya untuk bertindak dalam cara yang tak terduga secara normal seperti istirahat di tempat tidur, tidak bekerja, dan lain-lain.
  4. Diagnosis dapat menjelaskan penyakit atau penyimpangan yang dialami oleh klien.
  5. Diagnosis dapat memberikan stigma tertentu pada diri klien.