Pengertian Stigma : Macam Jenis, Pembentuk, Fungsi dan Contoh Dampak

Merebaknya wabah COVID19 ternyata menimbulkan stigma negatif di kalangan masyarakat terhadap korban meninggal, penderita, penyintas COVID19, bahkan tenaga medis.  Mereka dipandang tak ubahnya seperti virus itu sendiri yang harus dihindari bahkan ditolak mentah-mentah kehadirannya di tengah masyarakat. Hal ini tentu sangat disayangkan karena seharusnya masyarakat membantu menjaga kondusivitas di antara mereka sebagai bentuk memerangi wabah ini secara bersama-sama. Karena bagaimanapun juga mereka yang menjadi korban meninggal, penderita, penyintas COVID19, dan tenaga medis sama sekali tidak berkehendak terpapar virus mematikan tersebut.

A. Apa Itu Stigma ?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring, Definisi atau pengertian yang dimaksud dengan stigma adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya.

Adapun pengertian stigma menurut para ahli di antaranya adalah sebagai berikut.

  • Brenda Major mendefinisikan stigma sebagai sifat atau karakteristik yang menandai bahwa seseorang berbeda dari orang lain dan menjadi identitas yang tak terpisahkan dari orang tersebut.
  • Erving Goffman mendefinisikan stigma sebagai sifat yang menandai identitas seseorang hingga orang lain memandangnya sebagai seseorang yang lebih rendah dari yang lain.  
  • Elliot mendefinisikan stigma sebagai suatu bentuk penyimpangan penilaian yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat terhadap individu dalam interaksi sosial.

Beberapa ahli berpendapat bahwa konsep stigma memiliki keterkaitan yang erat dengan evaluasi negatif terhadap karakteristik pribadi dan karakteristik sosial lainnya yakni marjinalistas, deviance, dan prasangka.

B. Macam Jenis Stigma

Menurut Erving Goffman, paling tidak ada tiga jenis stigma yaitu tribal stigma, abominations of the body, dan blemishes of character.

  • Tribal stigma atau tribal identities adalah stigma yang diturunkan dari satu generasi ke generasi terkait dengan keanggotaan seseorang dalam kelompok ras, etnis, atau agama tertentu.  
  • Abominations of the body adalah stigma yang mengarah pada kedaan fisik seseorang seperti obesitas atau disabilitas.
  • Blemishes of character adalah stigma yang disematkan pada kepribadian atau perilaku seseorang seperti pecandu, pedo, residivis, atau pengangguran. 

C. Pembentuk Stigma

Sebagai sebuah fenomena sosial yang sangat kuat, stigma terbentuk secara sosial, dalam arti sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang distigmakan kepada orang lain ditentukan oleh masyarakat melalui isyarat, stereotip, prasangka, dan diskriminasi.

  • Isyarat mengacu pada pertanda yang tampak secara kasat mata.
  • Stereotip mengacu pada konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subyektif.
  • Prasangka mengacu pada anggapan atau pendapat yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahuinya dengan pasti.
  • Diskriminasi mengacu pada pembedaan perlakuan terhadap sesame warga negara berdasarkan warna kulit, golongan, suku, agama, status sosial, status ekonomi, dan lain sebagainya.

D. Fungsi Stigma

Meskipun terbilang negatif, ternyata stigma juga memiliki beberapa fungsi bagi semua pihak yang terlibat didalamnya. Adapun fungsi stigma di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan harga diri

Memberikan stigma kepada orang lain sama halnya dengan membandingkan kelebihan diri dengan kekurangan yang dimiliki orang lain. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan harga diri orang yang memberikan stigma negatif kepada orang lain. Misalnya, orang yang merasa dirinya kurus kemudian melihat temannya gemuk, ia akan merasa dirinya lebih baik dibandingkan temannya dan karena itu harga dirinya akan meningkat.

2. Meningkatkan pengawasan terhadap orang lain

Stigma juga dapat meningkatkan pengawasan terhadap orang lain. Hal ini kemudian mengarah pada perbedaan perlakuan yang diberikan kepada mereka yang dianggap mengancam nilai-nilai atau kepribadian orang yang memberikan stigma. Perlakuan tersebut dapat berupa penghindaran secara sistematis, segregasi, dan memarjinalkan atau merendahkan orang lain.

3. Meningkatkan rasa kecemasan

Stigma dapat meningkatkan rasa kecemasan dan perasaan merasa terancam bagi orang yang memberikan stigma kepada orang lain. Hal ini terjadi karena ia melihat orang lain memiliki kelebihan namun ia menutup mata dengan memberi stigma kepada orang lain. Ia pun akan melakukan berbagai macam cara atau perlakuan yang merendahkan orang lain. 

E. Dampak Stigma

Stigma yang diberikan kepada orang lain dapat memberikan dampak bagi si penerima stigma. Umumnya, dampak yang terjadi adalah dampak negatif. Dampak tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.

1. Dampak langsung

Mereka yang terstigmatisasi umumnya akan mengalami penolakan sosial, ekslusi, prasangka dan diskriminasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka yang terstigmatisasi rawan mengalami berbagai macam penolakan sosial seperti hinaan, ejekan, cemoohan, penghindaran, kekerasan, atau diskriminasi.      

2. Dampak tidak langsung

Selain menimbulkan dampak langsung, stigma juga dapat menimbulkan dampak tidak langsung terhadap orang yang terstigmatisasi. Stigma yang mereka terima akan memengaruhi bagaimana mereka memandang dan menafsirkan dunia sosial mereka. Misalnya, mereka menjadi lebih waspada ketika mereka dipandang sebelah mata oleh orang lain, mereka mengetahui bahwa stigma berkaitan dengan stereotip budaya dominan, dan mereka menyadari bahwa mereka bisa jadi menjadi salah satu korban dari diskriminasi.