Pengertian Asumsi : Ciri, Sifat, dan Jenisnya

Berbagai teori yang kita kenal dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial tidaklah berdiri sendiri melainkan didasari atas beberapa asumsi. Para ahli teori menggunakan beberapa asumsi untuk membangun teori bukanlah tanpa sebab. Asumsi yang dibangun oleh para ahli teori dimaksudkan  untuk memberikan arahan bagi siapapun yang menggunakan teori tersebut dalam penelitian yang akan dilakukan. Selain itu, dengan mengetahui dan memahami asumsi-asumsi yang ada di balik sebuah teori maka kita akan dengan mudah memahami teori tersebut.

A. Apakah Asumsi Itu?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring, yang dimaksud dengan asumsi adalah dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan berpikir karena dianggap benar. 

Adapun pengertian asumsi menurut para ahli adalah sebagai berikut.

  • Joanne Marchione mendefinisikan asumsi sebagai pernyataan yang diterima sebagai kebenaran yang diberikan tanpa adanya bukti. Agar dapat digunakan dalam teori, asumsi harus dapat diterima oleh pengguna. Lebih lanjut dikatakan bahwa asumsi membentuk dasar bagi penerapan teori tertentu.    
  • Paul Leedy mendefinisikan asumsi sebagai kondisi yang ditetapkan sehingga jangkauan penelitian jelas batasnya.
  • Winarno Surakhmad mendefinisikan asumsi sebagai anggapan dasar atau postulat yaitu sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti.

B. Ciri Ciri Asumsi

Menurut Calvin S. Hall dan Gardner Linzey (1993), asumsi-asumsi sebuah teori memiliki beberapa ciri khusus yang membedakannya dengan komponen-komponen teori lainnya antara lain sebagai berikut.

  1. Asumsi-asumsi yang terkandung dalam sebuah teori harus memiliki keterikatan dengan perisitiwa-peristiwa empiris yang menjadi titik perhatian sebuah teori.
  2. Asumsi-asumsi yang terkandung dalam sebuah teori harus mencerminkan kualitas khusus dari teori yang bersangkutan.
  3. Asumsi yang baik yang dirumuskan teoritikus harus berguna atau bersifat prediktif terntang peristiwa-peristiwa empiris dalam suatu ranah tertentu.
  4. Asumsi-asumsi sebuah teori dapat bersifat umum atau khusus tergantung sifat teori.
  5. Asumsi-asumsi dapat berbentuk notasi matematis atau kalimat pernyataan.
  6. Asumsi-asumsi sebuah teori harus dinyatakan dengan jelas atau eksplisit.
  7. Asumsi-asumsi dan konsep-konsep lain yang terkandung dalam sebuah teori harus berhubungan atau memiliki keterhubungan yang jelas agar teori yang bersangkutan memiliki konsistensi logis dan memungkinkan proses derivasi. 

C. Sifat Sifat Asumsi

Merujuk pada ciri-ciri asumsi di atas, sejatinya asumsi-asumsi sebuah teori harus dinyatakan secara eksplisit. Meskipun begitu, ada pula beberapa teori yang asumsi-asumsinya dinyatakan secara secara implisit. Dengan demikian, asumsi suatu teori dapat bersifat eksplisit atau implisit.

1. Asumsi eksplisit

Yang dimaksud dengan asumsi eksplisit adalah sebuah pernyataan kebenaran yang dinyatakan secara gambling, tegas, jelas, tidak berbelit-belit, dan utuh.

2. Asumsi implisit

Yang dimaksud dengan asumsi implisit adalah sebuah kebenaran yang tidak dinyatakan secara jelas tetapi terkandung atau tersirat didalamnya.

D. Macam Jenis Asumsi

Asumsi-asumsi yang mendasari suatu teori merupakan asumsi filosofis yang dapat dibagi ke dalam tiga jenis yaitu asumsi-asumsi tentang ontologi, asumsi-asumsi tentang epistemologi, dan asumsi-asumsi tentang aksiologi.

Setiap teori, baik secara implisit maupun eksplisit selalu mengandung beberapa asumsi tentang sifat pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan, cakupan, dan hal-hal yang bernilai. Dengan memahami asumsi-asumsi ini kita dapat mengetahui posisi teori tersebut dalam hubungannya dengan teori-teori yang lain.     

1. Ontologi

Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani yang diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang sesuatu yang ada atau berbagai macam prinsip mengenai sesuatu yang ada.

Adapun menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008), yang dimaksud dengan ontologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan eksistensi. Dengan kata lain, ontologi adalah sebuah cabang pengetahuan yang mengkaji tentang ada dan tiada atau sifat-sifat realitas.

Asumsi-asumsi tentang ontologi pada sebuah teori umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang menitikberatkan pada sifat realitas dan hal yang harus dikaji. Para hali menyebut ontologi sebagai filsafat pertama karena berfilsafat dapat dilakukan jika sifat dari realitas ditentukan.  

2. Epistemologi

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008), epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari dasar-dasar dan batas-batas pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi adalah sebuah cabang pengetahuan yang menekankan pada bagaimana kita mengetahui sesuatu.

Asumsi-asumsi tentang epistemologi pada sebuah teori umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang menitikberatkan pada cara-cara memperoleh pengetahuan dan hal-hal yang dapat dianggap sebagai pengetahuan.

3. Aksiologi

Kata aksiologi berasal dari bahasa Yunani yang diartikan sebagai teori tentang nilai. Aksiologi merupakan cabang filsafat yang menitikberatkan pada nilai-nilai. Maksudnya adalah sebuah pengetahuan atau ilmu pengetahuan harus bebas nilai.

Asumsi-asumsi tentang aksiologi pada sebuah teori umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang menitikberatkan pada apa yang layak untuk diketahui. Atau, bagaimana manusia menggunakan ilmu atau manfaat serta hakikat sebuah ilmu.

Dikarenakan aksiologi berkaitan dengan nilai, aksiologi terdiri dua elemen dasar yaitu etika dan estetika.

  • Etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.
  • Estetika merupakan cabang filsafat yang menelaah dan membahas tentang seni dan keindahan serta tanggapan manusia terhadapnya.