Biografi Teuku Muhammad Hasan Singkat

Masih sama seperti artikel sebelumnya yang mengupas ringkas sosok tokoh besar Aceh sebelum masa kemerdekaan, Panglima Polem IX. Kali ini kita akan menguraikan kisah perjalanan hidup dari seorang tokoh berdarah Aceh, namun namanya dikenal luas sebagai sosok Gubernur wilayah Pulau Sumatra. Siapa lagi kalau bukan Teuku Muhammad Hasan. Mari kita simak selengkapnya di bawah ini.

Biodata Singkat

  • Nama Lengkap : Teuku Muhammad Hasan
  • Tempat dan tanggal lahir : Pidie, Aceh, 4 April 1906
  • Wafat : 21 September 1997 pada umur 91 tahun
  • Jabatan : Gubernur Wilayah Sumatra, Menteri Pendidikan dan kebudayaan, Menteri Agama
  • Almamater : Laiden University
  • Gelar Akademik : Meester in de Rechten (Magister Ilmu Hukum)

Teuku Muhammad Hasan adalah putra dari seorang bangsawan Aceh yang memimpin suatu daerah di wilayah Pidie, dan dikenal dengan sebutan Ulee Balang. Ayah beliau bernama Teuku Bintara Pineun Ibrahim dan sang ibu bernama Tjut Manyak. Teuku Muhammad Hasan adalah pria kelahiran 4 April 1906.

Sejak tahun 1914 hingga 1917, Teuku Muhammad Hasan menempuh pendidikan di sekolah rakyat yang bernama Volksschool di daerah Lampoeh Saka. Setelah menuntaskan pendidikannya di Sekolah Rakyat Volksschool, Teuku Muhammad Hasan pun meneruskan pendidikannya di salah satu sekolah berbahasa Belanda, saat itu sekolah tersebut dikenal dengan nama Europeesche Lagere School (1924). Kemudian, setelah menyelesaikan pendidikannya di ELS (Europeesche Lagere School), Teuku Muhammad Hasan pun melanjutkan pendidikannya di KWS, yaitu Koningen Wilhelmina School Jakarta (dulu Batavia). Dan menempuh sekolah tinggi hukum di Rechtschoogeschool (sekarang merupakan Fakultas Hukum Universitas Indonesia)

Menempuh S-2 di Belanda

Teuku Muhammad Hasan adalah sosok pria cerdas yang senantiasa haus akan ilmu pengetahuan. Hal itu terlihat ketika ia menginjak usia ke 25 tahun, beliau masih semangat untuk melanjutkan studinya ke Universitas Laiden di negara Belanda dalam program magisternya. Saat di Belanda, tepatnya di Universitas Laiden, beliau berjumpa dan bergabung dengan sebuah organisasi yang dibentuk oleh Muhammad Hatta dan kawan kawan di Belanda. Organisasi tersebut pun dikenal dengan sebutan Perhimpunan Indonesia. Tidak hanya aktif sebagai pelajar di Universitas Laiden, Teuku Muhammad Hasan juga dikenal sebagai anggota organisasi yang sangat aktif dalam menyelenggarakan beragam kegiatan organisasi di kota kota yang berada di wilayah Belanda. Tepat tahun 1933, Teuku Muhammad Hasan pun meraih gelar S-2 nya di Universitas Laiden yang dikenal dengan sebutan Meester in de Rechten (Magister Dalam Ilmu Hukum).

Pulang Ke Tanah Air

Setelah melalui proses menuntut ilmu di negara Belanda, tibalah waktu Teuku Muhammad Hasan Balik ke Tanah Air. Saat itu tahun 1933. Muhammad Hasan sampai di pelabuhan Ulee Lheue, Kutaraja, dan buku buku yang dimiliki beliau pun tertahan saat melewati proses checking. Pihak pemeriksa (Belanda) mencurigai adanya pemahaman berbahaya di dalam buku yang sewaktu waktu dapat mengancam kedudukan Belanda di wilayah Aceh.

Di Kutaraja, Teuku Muhammad Hasan pun mengisi hari harinya dengan menjadi pegiat dalam bidang agama, serta pendidikan secara umum bagi masyarakat. Teuku Muhammad Hasan bergabung dengan Ormas Muhammadiyah dan menjabat sebagai pihak konsul yang berada dibawah pimpinan R.O Armadinata. Saat itu Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi besar islam di Indonesia yang memiliki banyak cabang di Indonesia, dan salah satunya adalah di Aceh.

Disamping aktif sebagai salah satu anggota organisasi di Muhammadiyah, Teuku Muhammad Hasan juga turut berperan serta dalam mengembangkan dunia pendidikan di Aceh dengan berpartisipasi dalam pendirian Dana Pelajar Aceh atau lebih dikenal dengan sebutan Atjehsche Studiefonds. Program Atjehsche Studiefonds bertujuan untuk memfasilitasi para anak anak yang memiliki kemampuan intelegensi, namun memiliki keterbatasan soal dana. Tidak cukup sampai disitu, kontribusi Teuku Muhammad Hasan juga merambah ke Organisasi PUSAKA (Perkumpulan Usaha Sama Akan Kemajuan Anak) yang berfokus pada pembangunan sekolah rendah berbahasa Belanda.  Teuku Muhammad Hasan juga berperan serta dalam pembangunan Perguruan Taman Siswa di Kutaraja, dengan menjabat sebagai ketua dan didampingi Teuku Nyak Arief sebagai sekretaris.

Daftar panjang pengalaman Hasan dalam bidang pendidikan membuatnya tertarik berhijrah ke Batavia (sekarang Jakarta). Di Batavia Teuku Muhammad Hasan bekerja sebagai salah seorang pegawai di Departemen Pendidikan (Afdeling B, Departemen Van Van Onderwijsen Eiredeienst). Teuku Muhammad Hasan juga pernah bekerja di kantor Voor Bestuurshervarming Buintengewesten.

Pada tahun 1938 Teuku Muhammad Hasan bertolak ke Medan Sumatra dan bekerja di kantor Gubernur Sumatra lebih kurang 4 tahun lamanya. Saat Jepang menjajah Indonesia, Teuku Muhammad Hasan tetap berada di Kota Medan dan menjabat sebagai Ketua Koperasi Ladang Pegawai Negeri. Pada saat Jepang akan meninggalkan Aceh (1945), Teuku Muhammad Hasan adalah salah satu tokoh dari segelintir Para Tokoh Aceh yang rela bergabung dengan para nasionalis bangsa di Kota Jakarta.

Wafatnya Teuku Muhammad Hasan

Mr. Teuku Muhammad Hasan tetaplah manusia biasa. Dan sebagaimana manusia pada umumnya, kematian adalah sebuah kepastian yang suka tidak suka pasti akan menghampiri setiapkita yang bernyawa. Beliau meninggal di Kota Jakarta pada tanggal 21 September tahun 1997 pada usia 91 tahun.

Rangkuman

  • Beliau adalah Gubernur Wilayah Sumatra pertama
  • Beliau menempuh studi S-2 di Universitas tertua di negri Belanda, Universitas Laiden
  • Beliau merupakan keturunan bangsawan Aceh
  • Beliau merupakan salah satu anggota kepengurusan Muhammadiyah
  • Beliau merupakan alumni fakultas hukum Rechtschoogeschool yang saat ini dikenal dengan sebutan Universitas Indonesia