Biografi Panglima Polem IX Singkat

Kembali lagi di Jagad.id, kemarin kita telah menguraikan sekilas perjalanan hidup atau yang biasa dikenal dengan biografi, dari salah seorang pahlawan nasional Indonesia bernama Sultan Iskandar Muda. Beliau merupakan salah seorang bangsawan Aceh yang memiliki kontribusi besar dalam perkembangan bangsa Indonesia jauh sebelum Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya atas Jepang. Namun, selain Sultan Iskandar Muda, terdapat banyak sosok pahlawan lainnya yang tidak kalah andil dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, salah satunya adalah Panglima Polem IX.

Sesuai judul kita kali ini, yaitu Biografi Panglima Polem IX. Kita akan mencoba menguraikan sekilas perjalanan hidup beliau secara ringkas, padat dan akurat. Baiklah, langsung saja simak uraian selengkapnya mengenai biografi Panglima Polem IX di bawah ini.

Biodata Panglima Polem IX

  • Nama Lengkap : Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Muhammad Daud
  • Tanggal Lahir : (Tidak ada data yang terverifikasi terkait tanggal kelahiran beliau)
  • Wafat :  Tahun 1939
  • Status Sosial : Kaum Bangsawan Aceh
  • Anak : Muhammed A. Polem
  • Ayah : Panglima Polem VIII Raja Kuala
  • Kakek : Teuku Panglima Polem Sri Imam Muda Mahmud Arifin

Kakek dari Panglima Polem IX merupakan salah seorang Panglima Sagoe XXII di kawasan Mukim Aceh Besar. Note : Mukim dalam kewilayahan Aceh yaitu sebuah tingkatan dalam pembagian daerah berdasarkan kekuasaan feodal Uleebalang. Sistem ini berlaku pada zaman Kesultanan Aceh.

Resmi Sebagai Panglima

Setelah menginjak usia dewasa, Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Muhammad Daud alias Panglima Polem mempersunting salah seorang putri Tuanku Hasyim Bantamuda. Beliau merupakan salah seorang tokoh di wilayah Aceh. Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Muhammad Daud resmi diangkat menjadi Panglima Polem IX sekitar bulan Januari pada tahun 1891. Pengangkatan Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Muhammad Daud sebagai Panglima Polem IX sekaligus menggantikan jabatan ayahnya yang wafat. Setelah resmi diangkat sebagai Panglima Polem IX, ia pun dianugerahi gelar Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Wazirul Azmi. Perjuangan Teuku Muhammad Daud sebagai seorang panglima telah mengundang banyak simpatik dan dukungan, dan diantara barisan pendukung beliau adalah kelompok para ulama Aceh saat itu. Selain itu, Panglima Polem IX juga mendapatkan dukungan penuh dari Teungku Muhammad Amin dan Teungku Beb.

Perjuangan Bersama Teuku Umar

Menurut literature yang kami temui, zaman kolonialisme Belanda / penjajahan Belanda terhadap Indonesia dimulai sejak tahun 1800. Pada tahun 1893, suami dari Cut Nyak Dien yaitu Teuku Umar, berpura pura menyerah kepada Belanda bersama 15 orang panglima lainnya. Dan setelah berhasil masuk ke dalam pertahanan wilayah pasukan Belanda, Teuku Umar beserta panglima lainnya berkoordinasi untuk mengambil simpanan senjata Belanda dan memberikannya kepada rakyat Aceh. Saat itulah Panglima Polem IX bersama dengan 400 orang pasukannya bergabung dengan Teuku Umar dalam menghadapi kemarahan Belanda karena telah terkecoh dengan tipu muslihat Teuku Umar yang berpura pura menyerah kepada Belanda. Saat pertempuran berlangsung, pihak Belanda pun semakin emosi, sebab mereka banyak kehilangan nyawa dan korban luka luka. Hingga tahun 1896, pasukan Belanda masih mengalami banyak hambatan untuk menaklukan kubu pertahanan di wilayah Aceh.

Biografi Panglima Polem IX Singkat

Setahun kemudian (tahun 1897), pihak Belanda yang kehabisan cara pun berinisiatif menambah jumlah pasukannya di wilayah Aceh, agar dapat menembus pertahanan dan menaklukan pasukan rakyat Aceh. Dampak dari besarnya jumlah pasukan Belanda berimbas pada melemahnya pertahan dan daya serang pasukan Aceh saat itu. Melihat kondisi tersebut, Teuku Umar pun terpaksa menarik diri ke wilayah Daya Hulu untuk mengecoh pasukan Belanda. Ketika itu Teuku Umar berpisah dengan Panglima Polem IX beserta pasukannya, dan meninggalkan mereka di wilayah pegunungan Seulimeum.

Singkat cerita terjadi sebuah pertempuran di wilayah Gle Yeueng. Ketika itu Panglima Polem IX berhadapan dengan 4 kompi infantry Belanda, dan pertempuran pun berakhir dengan kemenangan pihak pasukan Belanda. 3 buah benteng yang didirikan Panglima Polem IX pun berhasil dikuasai pasukan Belanda. Pertempuran sengit tersebut pun menyisakan banyak kesedihan bagi Panglima Polem, sebab 27 orang diantaranya dinyatakan meninggal dunia dan 47 orang lainnya mengalami luka luka. Sekitar bulan Oktober tahun 1987 daerah Seulimeum jatuh ke tangan Belanda, dan Panglima POlem IX melakukan hijrah ke wilayah Pidie, Aceh.

Setibanya panglima Polem di Pidie, Sultan Muhammad Daud Syah (Sultan Aceh saat itu) menerima kedatangannya dan ia (Panglima Polem) pun mengadakan musyawarah dengan para pejuang dan tokoh Aceh lainnya. Seiring berjalannya waktu, tepatnya Februari tahun 1898 Teuku Umar bersama seluruh pasukannya tiba di wilayah VII Mukim Pidie.

Tahun 1901 Sultan Aceh yaitu Muhammad Daud Syah berinisiatif melakukan hijrah ke daerah Gayo bersama dengan Panglima Polem dan menjadikan wilayah Gayo tersebut sebagai pusat pertahan Aceh, serta kembali menyusun strategi baru untuk menghadapi serangan Belanda berikutnya. Waktu pun terus berjalan, Belanda terus menerus gagal menangkap Sultan Aceh dan Panglima Polem. Hingga akhirnya mereka merencanakan siasat licik dengan menangkap dan menyandra keluarga dekat Sultan. Ketika itu Belanda berhasil menangkap 2 istri Sultan dan salah seorang putranya.

Singkat cerita, Sultan Muhammad Daud Syah menerima ancaman bahwa kedua istrinya akan dibuang jika sang Sultan tidak menyerahkan diri dalam kurun waktu 1 bulan. Tanggal 10 Januari tahun 1903 Sultan pun terpaksa menyerah dan berdamai dengan Belanda. Pihak Belanda saat itu pun mengasingkan Sultan ke wilayah Ambon, hingga akhirnya berpindah ke wilayah Batavia. Tepat tanggal 6 Februari tahun 1939 Sultan Muhammad Daud Syah wafat dalam pengasingannya di Batavia. 7 September tahun 1903 Panglima Polem IX berdamai dengan Belanda.