Biografi KH. Ahmad Dahlan Singkat

Bila anda adalah seorang pemuda atau pemudi yang ikut tergabung dalam organisasi Islam Muhammadiyah, atau pun bersekolah di lembaga pendidikan Muhammadiyah, pasti kenal dengan sosok KH. Ahmad Dahlan. Selain nama KH. Ahmad Dahlan, beliau juga dikenal dengan dengan nama Muhammad Darwis.  Ahmad Dahlan adalah buah hati dari pasangan KH. Abu Bakar dan Nyai Abu Bakar. Sekedar informasi, KH. Abu Bakar yaitu ayah dari KH. Ahmad Dahlan merupakan salah seorang khatib, sekaligus ulama yang mahsyur di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta pada masanya. Bukan hanya ayahnya, Ibu dari KH. Ahmad Dahlan pun juga berasal dari kalangan keluarga terpandang. Ibunya adalah Puteri dari H. Ibrahim yang saat itu menduduki jabatan sebagai penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

KH. Ahmad Dahlan merupakan merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Seluruh saudara beliau adalah perempuan, kecuali adik bungsu beliau. KH. Ahmad Dahlan merupakan keturunan kedua belas dari salah seorang terkemuka di kalangan Walisongo (pionir penyebaran agama islam di Pulau Jawa), beliau adalah Maulana Malik Ibrahim.  Adapun terkait silsilah keturunan dari Maulana Malik Ibrahim hingga sampai ke KH. Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut.

Maulana Malik Ibrahim -> Maulana Ishaq -> Maulana ‘Ainul Yaqin -> Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen) -> Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig -> Demang Djurung Djuru Sapisan -> Demang Djurung Djuru Kapindo -> Kyai Ilyas -> Kyai Murtadla -> KH. Muhammad Sulaiman -> KH. Abu Bakar –> KH. Ahmad Dahlan.

Periode Menuntut Ilmu

Sekitar usia 15 tahun, Muhammad Darwis (KH. Ahmad Dahlan) berangkat ke tanah suci Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Namun, bukan hanya sekedar menunaikan ibadah haji semata. Saat itu Ahmad Dahlan memilih tinggal di kota Mekkah selama 5 tahun. Dan selama itu pula, Ahmad Dahlan banyak berguru dan menuntut ilmu kepada para ulama tersohor di Timur Tengah seperti: Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh, Al-Afghani, dan Rasyid Ridho. Pada tahun 1888, Muhammad Darwis pun bertolak ke Indonesia alias Pulkam (Pulang Kampung). Saat itu, Muhammad Darwis pun mengganti namanya menjadi AHMAD DAHLAN.

Waktu terus berjalan. Sekitar tahun 1903, Ahmad Dahlan kembali melanjutkan fase menuntut ilmunya di kota Mekkah selama 2 tahun. Ketika itu, beliau (Ahmad Dahlan) sempat bertemu dan menimba ilmu dari salah seorang ulama terkemuka bernama Syaikh Ahmad Khatib. Siapa yang menyangka, ternyata Syaikh Ahmad Khatib tersebut juga merupakan Guru dari pendiri Organisasi Nahdlatul Ulama atau yang lebih dikenal dengan sebutan NU, beliau adalah KH. Hasyim Asyari. Dan sekitar tahun 1912, KH. Ahmad Dahlan pun mendirikan Organisasi Muhammdiyah untuk pertama kalinya di wilayah kampung Kauman, Yogyakarta, Jawa Tengah.

Setelah mendirikan Organisasi Muhammadiyah untuk pertama kali, KH. Ahmad Dahlan pun mempersunting anak dari penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, yang sekaligus sepupu dari KH. Ahmad Dahlan, beliau bernama : Siti Walidah, yang kemudian dikenal dengan sebutan Nyai Ahmad Dahlan. Pernikahan KH. Ahmad Dahlan dengan Siti Walidah pun di anugrahi 6 orang anak, mereka adalah:

  • Djohanah
  • Siradj Dahlan
  • Siti Busyro,
  • Irfan Dahlan
  • Siti Aisyah
  • Siti Zaharah

Sebagai tambahan informasi, KH. Ahmad Dahlan tidak hanya menikahi satu orang istri saja. Berikut di bawah ini adalah daftar nama nama wanita yang pernah dipersunting oleh beliau.

  • Puteri dari H. Ibrahim (Penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat)
  • Ray Soetidjah Windyaningrum (Nyai Abdullah), yaitu janda muda yang diberikan Kraton Yogyakarta kepada Kyai Dahlan
  • Nyai Rum (Adik dari Kyai di Krapyak)
  • Aisyah (Putri dari Penghulu Ajengan Cianjur)

Meskipun KH. Ahmad Dahlan Menikahi 4 orang wanita, beliau tetap menjaga perasaan istri istrinya dengan memisah tempat tinggal masing masing istri. Istri kedua beliau yaitu Nyai Abdullah tetap berada di Namburan, sedangkan Nyai Rum yaitu adik dari Kyai Krapyak tetap di tempat tinggalnya di Krapyak, dan Putri dari Penghulu Ajengan Cianjur, yaitu Aisyah juga tinggal di Cianjur.

Pada tanggal 23 Februari 1923, KH. Ahmad Dahlan pun meninggal dunia dan dimakamkan di Pemakaman KarangKajen, Yogyakarta, Jawa Tengah.

Itulah biografi singkat mengenai perjalanan hidup Pahlawan Nasional, sekaligus pendiri Organisasi Islam tertua di Indonesia Muhammadiyah. Sekian saja untuk kali ini. Dan jangan lupa, ikuti terus informasi dan pengetahuan dari Jagad.id. Terima kasih dan sampai jumpa!