Pengertian Intoleransi : Faktor Penyebab dan Contoh

Beberapa tahun belakangan ini, kasus intoleransi dan diskriminasi banyak terjadi di Indonesia. Mulai dari pelarangan pendirian rumah ibadah, pembakaran rumah ibadah, pelarangan menyolatkan jenazah yang berbeda orientasi politik, hingga menjadikan agama sebagai salah satu syarat untuk menerima bantuan sosial dari pemerintah terkait wabah COVID 19.

Apakah kasus intoleransi hanya terjadi di Indonesia? Tidak, saudara-saudara. Di berbagai belahan dunia lain, bahkan di negara-negara yang menyatakan dirinya paling demokratis sekalipun sikap atau perlakukan intoleransi pun merebak di kalangan masyarakat setempat. Dengan demikian, apakah intoleransi itu?

A. Pengertian Intoleransi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring, intoleransi adalah ketiadaan tenggang rasa. Adapun Jennifer Rubin dkk mendefinisikan intoleransi sebagai tidak adanya rasa penerimaan terhadap status minoritas yang disandang orang lain.

B. Faktor Penyebab Intoleransi

Intoleransi tidak muncul begitu saja melainkan ada beberapa faktor yang memegaruhi atau faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya intoleransi yaitu faktor ekonomi, demografi, sosial politik, budaya, dan hukum.

1. Ekonomi

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa ekonomi adalah salah satu faktor yang memengaruhi intoleransi. Faktor-faktor ekonomi yang dimaksud antara lain kinerja ekonomi negara dan status pekerjaan.

a). Kinerja ekonomi negara

Hasil studi yang telah dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa kinerja ekonomi suatu negara sangat berpengaruh pada sikap intoleransi warganya. Ketika ekonomi suatu negara mengalami kriris atau penurunan kinerja, orang akan memandang negatif terhadap kaum minoritas dan kaum migran karena dianggap dapat memberatkan keuangan negara. Namun hal ini tidak berlaku bagi semua negara.

b). Status pekerjaan

Beberapa hal yang terkait dengan status pekerjaan seperti orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan, latar belakang pendidikan yang rendah, keterampilan kerja yang minim, serta tenaga kerja yang murah dapat meningkatkan terjadinya intoleransi di dunia kerja. Jika terjadi krisis ekonomi, merekalah yang pertama kali akan terdepak dari pekerjaan.

2. Demografi

Selain faktor ekonomi, faktor lain yang memengaruhi intoleransi adalah faktor-faktor demografi seperti usia, pendidikan, dan kelas sosial ekonomi.

a). Usia

Hasil studi menunjukkan bahwa mereka yang berusia lanjut umumnya bersikap lebih intoleran dibandingkan dengan mereka yang masih muda.

b). Pendidikan

Hasil studi juga menunjukkan bahwa mereka yang berpendidikan yang tinggi umumnya lebih toleran dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah. Namun, hal ini tidak berlaku untuk setiap negara karena ada beberapa faktor yang memengaruhi seperti faktor budaya, demokratis tidaknya suatu negara, dan heterogenitas agama.

c). Status sosial ekonomi

Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa status sosial ekonomi yang rendah menyebabkan orang menjadi kurang toleran terhadap orang lain. Selain itu, status sosial ekonomi yang rendah juga dapat meningkatkan persepsi seseorang akan adanya ancaman dari etnis tertentu.

3. Sosial politik

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli juga menunjukkan bahwa faktor-faktor sosial politik seperti peraturan yang berlaku di tengah masyarakat dan orientasi politik sangat berkaitan erat atau memengaruhi sikap intoleran.

a). Orientasi politik

Hasil studi menunjukkan bahwa di beberapa negara orientasi politik berkaitan erat dengan sikap intoleran. Mereka yang memiliki preferensi politik konservatif dan sayap kanan biasanya lebih intoleran terhadap perbedaan, keberagaman, dan orang lain yang berbeda orientasi politik.

b). Peraturan yang berlaku di masyarakat

Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa berbagai peraturan yang berlaku di masyarakat di beberapa negara berkaitan erat dengan tingkat intoleransi. Misalnya, beberapa pemerintah daerah di Indonesia mengeluarkan peraturan daerah yang bernuansa keagamaan sebagai dalih menjaga keraifan lokal yang justru menyuburkan sikap dan perilaku intoleransi.

4. Budaya

Hasil studi juga menunjukkan bahwa beberapa faktor budaya seperti tingkat kepercayaan sosial dan kontak dengan kaum minoritas yang intens dapat mengurangi tingkat intoleransi.

a). Tingkat kepercayaan sosial

Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kepercayaan interpersonal maka tingkat intoleransi dan prasangka akan semakin rendah. Namun para ahli berpendapat bahwa hasil studi ini tidaklah berlaku setiap waktu. Hal ini didukung oleh beberapa hasil studi lain yang menunjukkan sebaliknya.

b). Interaksi sosial

Beberapa hasil menunjukkan bahwa interaksi sosial dengan kaum minoritas yang dilakukan secara intens dapat menurunkan tingkat intoleransi. Hal ini berlaku juga pada interaksi sosial yang dilakukan terhadap mereka yang berbeda secara etnis.

5. Hukum

Faktor hukum juga menjadi salah satu faktor yang menjadi penyebab merebaknya intoleransi. Maksudnya adalah berbagai macam kebijakan atau regulasi yang dibuat justru melegitimasi terjadinya intoleransi dan diskriminasi. Misalnya di Indonesia, adanya UU Penodaan Agama menjadi jalan bagi siapapun untuk melakukan ancaman, tuduhan, bahkan menyeret seseorang ke meja hijau hingga penjara jika dianggap telah melakukan penodaan agama. Selain itu, aturan SKB 3 Menteri yang mengatur pendirian rumah ibadah juga menjadi payung hukum bagi siapapun untuk melakukan pelarangan berdirinya rumah ibadah.