Nama Ki Hajar Dewantara bisa dikatakan salah satu nama yang paling tenar di jagat Indonesia Raya, khususnya dalam bidang dunia pendidikan. Bagaimana tidak, tanggal lahir beliau saja telah ditetapkan sebagai hari pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Hal ini tentu tidak lain sebagai bentuk penghargaan yang Indonesia berikan kepada Bapak Ki Hajar Dewantara atas jasa jasanya dalam dunia pendidikan.
Nama asli Bapak Ki Hajar Dewantara adalah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Beliau dilahirkan pada tanggal 2 Mei 1889 di kecamatan Pakualaman, Yogyakarta pada masa Hindia Belanda. Ki Hajar Dewantara merupakan putra dari pasangan Pangeran Soerjaningrat dan Raden Ayu Sandiah. Beliau menikah dengan Raden Ajeng Sutartinah, yang merupakan putri dari Paku Alam III, yaitu G.P.H Sasraningrat. [Paku Alam adalah gelar keturunan dari Raja Pertama Yogyakarta, Hamengkubuwono I]. Dari pernikahan Ki Hajar Dewantara dengan Raden Ajeng Sutartinah melahirkan 6 orang anak yang terdiri dari putra dan putri. Sehari hari, Bapak Ki Hajar Dewantara memiliki profesi sebagai seorang jurnalis, namun sejak tanggal 2 September 1945 sampai 14 November 1945 beliau menjabat sebagai Menteri Pengajaran Indonesia.
Masa Remaja Dan Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Saat Ki Hajar Dewantara masih berusia kanak kanak, beliau menimba ilmu di Sekolah Dasar Belanda II atau yang lebih dikenal dengan ELS (Europeesche Lagere School). Beliau pun lulus di ELS pada tahun 1904. Dan melanjutkan pendidikannya di Sekolah Guru Yogyakarta. Berkat kecerdasan dan keberuntungan nasib, beliau pun mendapatkan beasiswa untuk belajar di STOVIA. [STOVIA merupakan sekolah pendidikan dokter pribumi di Batavia pada zaman kolonial Hindia Belanda. Seiring berjalannya waktu, STOVIA pun berubah dan kini telah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia]. Namun sayang, perjalanan menuntut ilmu Ki Hajar Dewantara di STOVIA tidak berjalan lancar. Pendidikan terpaksa beliau hentikan sebab sakit yang beliau derita.
Berkat kecerdasan yang dimiliki beliau, serta keahliannya dalam menggunakan bahasa Belanda, Ki Hajar Dewantara atau Raden Mas Soewardi Soerjaningrat mendapatkan suket istimewa dari Direktur sekolahnya. Beliau dipercaya untuk bekerja di Labolatorium Pabrik Gula Kalibogor, Kabupaten Banyumas saat itu. Setelah bekerja di Labolatorium Pabrik Gula Kalibogor, beliau berpindah dan bekerja sebagai asisten apoteker di Rathkamp.
Note; Penulis berasumsi, besar kemungkinan yang dimaksud Rathkamp disini adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co, yang merupakan perusahaan farmasi pertama di Indonesia, dan kini berubah nama menjadi PT. KIMIA FARMA (Persero).
Singkat cerita, beliau memulai karirnya dalam dunia jurnalistik bekerjasama dengan Surat Kabar Sedyo Utomo di Kota Yogyakarta. Berkat kecerdasan linguistik yang beliau miliki, nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat kian melambung dan tergolong ke dalam salah satu penulis terkenal yang mampu melahirkan karya tulis yang bersifat komunikatif. Relasi kerja beliau pun bertambah luas, mulai dari Midden Java Bandung, De Expres Bandung, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, serta Poesara, telah bekerjasama dengan Bapak Ki Hajar Dewantara dalam bidang jurnalistik.
Tidak berhenti sampai disitu, karya tulis beliau yang penuh dengan semangat antikolonial semakin membuat nama beliau melambung. Dan tentu saja, hal ini sempat membuat resah di kalangan pemerintahan kolonial Belanda kala itu. Salah satu karya tulis beliau yang paling terkenal adalah “Seandainya Aku Seorang Belanda”
Berdirinya Taman Siswa
Sekitar tahun 1919, Ki Hajar Dewantara menjadi salah seorang pengajar (Guru) di sekolah yang didirikan oleh saudaranya. Berbekal pengalaman mengajar di sekolah saudaranya, Ki Hajar Dewantara mampu mengembangkan konsep dan metode mengajar tersendiri yang menurutnya dapat lebih efektif dalam menyampaikan materi kepada para murid saat itu. Dan tepat pada tanggal 3 Juli 1922, lembaga pendidikan Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa, resmi didirikan oleh Raden Mas Soewardi Soerjaningrat.
Saat beliau menginjak usia 40 (dalam penanggalan jawa), secara resmi ia mengubah namanya, dari yang sebelumnya Raden Mas Soewardi Soerjaningrat menjadi Ki Hajar Dewantara. Pengubahan nama yang beliau lakukan pun benar benar dibangun atas dasar niat yang mulia, beliau tidak ingin memberi embel embel gelar bangsawan di depan namanya agar dipandang lebih mulia, beliau lebih suka dengan nama yang jauh lebih sederhana dan lebih merakyat.
Bapak Pendidikan Indonesia
Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959 pada tanggal 28 November 1959 menetapkan Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia. Penetapan ini adalah sebagai bentuk penghargaan atas jasa jasa yang telah beliau berikan kepada bangsa Indonesia dalam dunia pendidikan.
Wafat
Ki Hajar Dewantara wafat di usianya yang ke 69. Tepat tanggal 26 April 1959. Beliau dimakamkan di Taman Wijaya Brata, Yogyakarta.
Sekian penjelasan dari kami seputar biografi singkat Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Semoga bermanfaat dan memenuhi informasi yang anda butuhkan. Bye!