Jengkol (Archidendron pauciflorum) termasuk salah satu tanaman hortikultura yang “kontroversial”. Disebut demikian, karena jumlah penggemar dan pembenci sama banyaknya. Banyak manfaatnya bagi kesehatan, tetapi bahan pangan ini juga berpotensi menimbulkan keracunan.
Tanaman jengkol termasuk dalam keluarga polong-polongan (Fabaceae). Di mancanegara, tanaman ini memiliki beberapa nama, antara lain djenkol, jering, fruit dog, blackbead, serta ngapi nut. Nama ilmiahnya Archidendron pauciflorum, dengan sinonim Archidendron jiringa, Pithecollobium jiringa, atau Pithecollobium labatum.
Tanaman jengkol bisa mencapai tinggi 3-8 meter. Buahnya berbentuk polong dan pipih. Warna buah ungu tua. Setelah tua, polong akan berbentuk cembung sebagai tempat menampung biji-biji jengkol. Setiap polong berisi 5-7 biji. Bijinya berwarna cokelat mengkilap, dengan kulit ari yang tipis. Biji-biji inilah yang biasa dikonsumsi.
Jengkol termasuk bahan pangan khas Asia Tenggara, terutama di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Myanmar. Banyak orang Indonesia yang menyukainya. Bahkan kebutuhan jengkol di Jawa Barat saja mencapai 100 ton / hari.
Tapi baunya cukup menyengat, baik saat masih mentah maupun setelah dikonsumsi. Jika Anda habis menyantap jengkol, maka dampaknya langsung terasa pada bau mulut, keringat, urin, dan feses.
Karena baunya menyengat, jengkol hanya diperdagangkan di pasar tradisional. Sulit menjumpainya di minimarket, mall, apalagi supermall. Biasanya diperdagangkan dalam bentuk mentah.
A. Kandungan Gizi Jengkol
Berikut ini kandungan gizi jengkol yang dihimpun jagad.id dari berbagai sumber, untuk setiap 100 gram penyajian.
Ada beberapa fakta menarik mengenai jengkol, antara lain :
- Dalam sejumlah penelitian, jengkol mengandung karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin B, vitamin C, fosfor, kalsium, alkaloid, minyak atsiri, steroid, glikosida, tanin, dan saponin.
- Jengkol termasuk tanaman kacang-kacangan rendah karbo. Kandungan karbohidratnya 26% lebih rendah daripada tanaman kacang-kacangan lainnya yang rata-rata sekitat 60 – 70%.
- Jengkol mengandung protein cukup tinggi. Dalam 100 gram biji jengkol terdapat 23,3 gram protein. Angka ini jauh melebihi tempe (18,3 gram) yang selama ini dikenal sebagai sumber protein nabati.
- Sebaliknya, jengkol memiliki kadar lemak yang relatif rendah (0,5 gram / 100 gram). Dengan kadar protein tinggi, namun rendah karbohidrat dan lemak, jengkol memiliki profil gizi yang mengesankan.
B. Manfaat Jengkol bagi Kesehatan
1. Mencegah Anemia
Jengkol kaya zat besi (Fe), yang sangat berperan dalam mencegah anemia atau kekurangan sel darah merah dalam tubuh (Journal of the Science of Food and Agriculture. Nov 1991). Jika kekurangan zat besi, maka produksi sel darah merah juga berkurang.
Hal ini berakibat menurunnya pasokan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan seluruh sel dalam tubuh. Dampak lanjutannya, fungsi dan kinerja sel juga berkurang, sehingga orang tersebut terlihat lemah, lelah, dan tidak bersemangat.
2. Mencegah Kanker
Jengkol mengandung vitamin A, B1, B2, dan C. Vitamin A dan vitamin C bersifat antioksidan yang bisa menangkal radikal bebas. Antioksidan lainnya yang terdapat dalam jengkol adalah saponin, tannin, dan flavonoid (Hutapea, 1994).
Dengan kandungan ini, jengkol bisa dimanfaatkan untuk mencegah kanker, sekaligus melawan sel kanker yang terlanjur tumbuh. Bahkan senyawa antioksidan pada jengkol memiliki kemampuan yang jauh lebih ampuh daripada adriamycin (obat kemoterapi).
3. Mencegah Diabetes
Jengkol juga bisa membantu mencegah diabetes. Pasalnya, biji ini mengandung asam jengkolat yang tidak dimiliki tanaman lainnya. Asam jengkolat berbentuk kristal, strukturnya mirip asam amino, dan tidak larut dalam air.
Selain mencegah diabetes, jengkol juga bisa membantu menurunkan kadar gula darah bagi orang-orang yang terlanjur mengidap diabetes. Ini terungkap dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the Science of Food and Agriculture (Nov 1991).
Sebab, jengkol mengandung gula yang “bersahabat” bagi penderita diabetes. Gula ini mudah terurai menjadi energi sehingga meningkatkan stamina, bukan disimpan dalam tubuh.
Menurut penelitian Elysa (2011), ekstrak biji jengkol memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah. Selain itu, jengkol juga mempunyai efek sebagai antioksidan karena kandungan senyawa kimia yang terdapat pada biji, kulit batang, dan daunnya.
4. Melancarkan Peredaran Darah
Asupan jengkol bisa melancarkan peredaran darah. Kandungan jengkol dapat melebarkan pembuluh darah yang semula menyempit, dan mencegah pembuluh darah menyempit kembali.
5. Menjaga Kesehatan Jantung
Kandungan jengkol yang mampu melancarkan peredaran darah juga berimbas positif pada jantung. Artinya, biji jengkol juga bisa menyehatkan jantung, sekaligus membantu penderita jantung.
Sebab gangguan jantung terjadi akibat darah yang mengalir ke jantung tidak lancar, yang antara lain disebabkan penyempitan pembuluh darah. Fakta ini juga didukung dengan banyaknya antioksidan pada jengkol. Sebab, antioksidan tidak hanya efektif dalam mencegah kanker, tetapi juga membantu mencegah diabetes dan penyakit jantung.
6. Meningkatkan Kinerja Organ Vital
Jengkol mengandung asam folat dan vitamin B. Keduanya berperan dalam menstabilkan kinerja dan fungsi organ-organ vital dalam tubuh. Tak heran jika ibu hamil juga disarankan mengonsumsi bahan pangan kaya asam folat untuk perkembangan janin.
Salah satu makanan yang kaya asam folat adalah jengkol. Meski begitu, makanlah secukupnya saja. Jangan terlalu berlebihan, karena bisa berdampak kurang baik bagi ginjal.
7. Menguatkan Tulang dan Gigi
Jengkol juga mengandung kalsium dan fosfor dalam jumlah tinggi. Dalam 100 gram jengkol terdapat 166,7 mg fosfor dan 140 mg kalsium.
Kedua mineral esensial tersebut sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Kalsium dan fosfor juga bisa membantu mencegah tulang keropos (osteoporosis), khususnya pada manusia lanjut usia (manual)
8. Manfaat Lainnya
Masih banyak manfaat jengkol untuk kesehatan manusia, antara lain:
- Mengatasi penyakit jantung koroner
- Mengatasi sembelit pada ibu hamil
- Mencegah cacat pada bayi
- Menyehatkan mata
- Melangsingkan perut
C. Efek Samping Jengkol
Konsumsi jengkol secara berlebihan dapat menyebabkan efek racun pada jantung, ginjal, hati, dan pankreas. Ada dua kandungan yang perlu diwaspadai, yakni:
1. Asam Jengkolat
Asam jengkolat hanya dimiliki biji jengkol, dan tidak dapat dijumpai pada tanaman lain. Strukturnya mirip sistein, yakni salah satu jenis asam amino (komponen pembentuk protein), berbentuk kristal, tidak dapat larut dalam air dan tidak bisa dicerna tubuh.
Kadar asam jengkolat bervariasi, tergantung varietas dan umur biji jengkolnya. Jumlahnya antara 1 – 2 % dari berat biji jengkol. Asam inilah yang menimbulkan keracunan pada seseorang.
Ada dua jenis keracunan yang terjadi di sini, yaitu:
a. Djenkolism
Asam jengkolat dapat menyebabkan gangguan kesehatan serius yang disebut djenkolism (keracunan biji jengkol). Gejala klinisnya antara lain kejang otot, asam urat, retensi urin, hingga gagal ginjal akut. Kondisi ini terutama sering dialami kaum pria.
b. Jengkolaun / Jengkolan
Asam jengkolat juga bisa menimbulkan jengkolaun atau jengkolan. Gejala klinisnya antara lain nyeri pada perut, terkadang disertai muntah, dan nyeri waktu buang air kecil.
Dalam kondisi memburuk, penderita hanya mengeluarkan sedikit urin, disertai titik-titik putih seperti tepung, bahkan tidak keluar urin sama sekali. Ada juga yang mengalami infeksi pada saluran kencing, atau urin berdarah.
Keluhan ini biasanya muncul sekitar 5-12 jam setelah makan jengkol. Keluhan tercepat 2 jam, paling lambat 36 jam sesudah mengkonsumsi jengkol. Hal ini disebabkan terbentuknya kristal asam jengkolat yang menyumbat saluran air seni. Jika kristal makin banyak, lama-lama menimbulkan gangguan pada buang air kecil.
Risiko seseorang mengalami djenkolism dan jengkolan tergantung jumlah jengkol yang dikonsumsi, serta kerentanan tubuh seseorang. Pada orang rentan, makan sedikit jengkol saja bisa menyebabkan keracunan.
Belum diketahui faktor penyebab seseorang rentan keracunan. Diperkirakan terkait faktor genetik dan lingkungan. Jika pH darah netral, maka asam jengkolat relatif aman. Tetapi jika pH darah asam (kurang dari 7), asam ini akan membentuk kristal yang tidak larut.
2. Asam Amino Berbau Belerang
Selain jengkolat, beberapa asam amino dalam jengkol juga mengandung unsur yang berbau sulfur (belerang). Ketika asam amino itu terdegradasi menjadi komponen lebih kecil, akan menghasilkan gas yang tidak sedap, antara lain H2S. Itu sebabnya, bau mulut dan urin menyengat seseorang sehabis makan jengkol memiliki aroma tidak sedap.
D. Tips Konsumsi yang Aman
Untuk mendapatkan manfaat kesehatan dari jengkol, namun mengurangi risiko keracunan, perlu diperhatikan beberapa tips konsumsi berikut ini:
- Hindari makan jengkol saat perut kosong.
- Jangan makan jengkol disertai makanan lain / minuman yang besifat asam.
- Hindari makan jengkol dalam keadaan mentah, karena kandungan asam jengkolatnya masih banyak. Sebaiknya dimasak dulu, agar kadar asam jengkolat jauh berkurang.
- Agar kadar asam jengkolat makin jauh berkurang, biji jengkol dapat dipendam dalam tanah, dengan kedalaman sekitar 10 cm, selama 14 hari. Setiap hari, tanah perlu disiram. Setelah 14 hari, jengkol bisa diambil. Saat itu mulai muncul tunas atau kecambah. Buang kecambahnya, dan jengkol bisa dimasak untuk dikonsumsi. Teksturnya akan jauh lebih lembut.
- Jangan makan jengkol secara berlebihan, terutama bagi jika Anda memiliki gangguan ginjal.
a. Cara mengurangi bau jengkol
Untuk mengurangi bau jengkol, ada beberapa cara yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia :
- Sebelum dimasak, jengkol direndam dalam air selama 24 jam. Setelah itu bisa dimasak.
- Jengkol direndam dalam air asin selama beberapa jam, kemudian digoreng dengan minyak.
- Jengkol direbus dalam air, kemudian taburkan bubuk kopi dalam jumlah banyak.
- Jengkol rebus diolesi minyak, sampai baunya hilang. Jengkol bisa dikonsumsi dengan garam dan kelapa parut.
- Jengkol dikukus. Setelah itu direndam dengan bumbu dan kecap hitam.
b. Saran Penyajian
Setelah diproses untuk mengurangi baunya, jengkol bisa diolah menjadi aneka masakan, mulai dari semur, balado, dan sebagainya. Bisa juga diolah menjadi keripik jengkol. Proses pembuatannya sama seperti keripik melinjo. Jengkol yang dibuat keripik, kemudian digoreng, maka kandungan asam jengkolat sudah jauh berkurang dan aman dikonsumsi.
E. Tips Menyimpan Jengkol
Jika tidak ingin langsung diolah, jengkol harus disimpan secara benar. Berikut ini tips penyimpanan jengkol:
- Jika jengkol masih muda, simpan dalam ruangan terbuka (suhu kamar) dan kering. Jengkol bisa bertahan selama tiga hari. Jengkol muda memiliki kulit cokelat terang. Apabila dibelah, dagingnya berwarna kehijauan.
- Jika jengkol sudah tua, direbus selama 3 menit (jangan menambahkan bahan lain). Setelah itu dimasukkan dalam wadah / plastik kedap udara, dan bisa disimpan dalam kulkas (bisa bertahan 3 hari).
Itulah informasi penting mengenai manfaat jengkol bagi kesehatan, efek samping, cara konsumsi dan saran penyajian, serta tips penyimpanan. Semoga bermanfaat. (*)