Jagad.id – Wayang Gareng merupakan salah satu dari empat punakawan yang sering muncul di pertunjukan wayang. Gareng memiliki nama lengkap ‘Nala Gareng’, namun lebih akrabnya disebut ‘Gareng’ saja.
Mengenal Tokoh Wayang Gareng Lebih Dekat
- Karakteristik Watak Gareng
- Kata Kata Bijak Gareng
- Sejarah Singkat Gareng
Gareng sendiri merupakan salah satu anggota punkawan yang memiliki kaki pincang. Di mana merupakan sebuah simbol bahwa kita harus berhati-hati dalam bertindak. Selain kaki pincang, Gareng juga memiliki cacat fisik lain berupa tangan yang patah di mana memiliki simbol jangan suka mengambil hak orang lain.
Ciri dan Sifat Gareng: Aura Positif
Gareng memiliki nama asli Bambang Sukadadi di mana ia adalah yang tertua di antara ketiga putra Semar lainnya, Petruk dan Bagong. Gareng memiliki sifat yang sopan dan halus ketika bertindak dalam segala hal. Di mana sifat ini membuat tokoh Gareng menjadi tokoh wayang yang dihargai dalam kebijaksanaan. Hingga akhirnya ia dipercayai untuk menjadi seorang penasehat para Pandawa.
Untuk sifat fisiknya, Gareng memiliki tubuh yang tidak sempurna. Wajahnya jelek dan matanya juling. Namun gareng memiliki aura positif, di mana orang sekitarnya selalu merasa bahagia saat dekat dengannya.
Di dalam kisah pewayangan, Gareng selalu menjadi penengah saat adik-adiknya bertengkar. Bahkan Gareng pernah menyadarkan Petruk, saat Petruk jadi raja dan lupa dengan kesombongannya. Gareng jika diartikan dalam bahasa Jawa berarti kering. Di mana bermakna bahwa hatinya kering dari godaan nafsu duniawi. Artinya, ia selalu menolak dengan segala racun dunia. Tangannya yang patah pun memberikan makna bahwa Gareng tidak suka menggunakan kekuasaannya untuk berbuat semena-mena. Bisa dikatakan bahwa tangannya selalu terjaga dari sifat jelek.
Kakinya yang pincang memberikan makna kehati-hatian dalam bertindak. Karena segala hal di dunia ada dampak baik dan buruknya. Sehingga kita tidak boleh tergesa-gesa dalam mengambil keputusan dan melangkah ke depan.
Filosofi (Bijak) Gareng
Gareng merupakan punawakan kedua setelah Semar. Di mana ia adalah anak dari Gandarwa yang merupakan sebangsa jin dan diangkat sebagai anak pertamanya Semar. Nama lain Gareng adalah Pancalpamor yang artinya menolak segala hal yang sifatnya duniawi. Pun ada nama lain dari Gareng selain Pancalpamor yaitu Pegatwaja yang artinya tidak suka makan makanan yang enak, boros, dan mengundang penyakit. Ia selalu makan makanan yang sederhana.
Sedangkan nama populernya adalah Nala Gareng yang berartikan kering dari kemakmuran, sehingga ia selalu berbuat baik pada semua orang.
Cerita Singkat Gareng
Gareng lebih dikenal sebagai anaknya Semar dan masuk ke dalam golongan Punakawan. Nama asli Gareng adalah Bambang Sukskati yang merupakan putra dari Resi Sukskadi dari padepokan Bluluktiba. Bertahun-tahun Bambang Sukskati bertapa untuk mendapatkan kesaktian si bukit Candala, hingga ia meminta ijin pada Resi Sukskadi untuk menaklukan para raja. Di tengah perjalanannya, ia bertemu dengan Bambang Panyukilan yang merupakan putra dari Bagawan Salantara dari Padepokan Kembangsore.
Mereka pun berperang karena pendirian mereka masing-masing. Kesaktiannya seimbang. Tak ada yang kalah dan tak ada yang menang. Tapi mereka tak mau berhenti hingga keduanya mengalami cacat.
Perkelahian pun selesai setelah dilerai oleh Semar atau Sanghyang Ismaya. Sanghyang Ismaya atau Semar ini pun bersabda hingga membuat Bambang Sukskati dan Bambang Panyukilan berwajah sangat jelek. Tubuh Bambang Sukskati menjadi cacat. Matanya juling, hidungnya bundar, tak berleher, kaki pincang, perut gendut, dan tangannya bengkok. Hingga ia pun diberi nama Nala Gareng oleh Semar, dan Bambang Panyukilan diberi nama ’Petruk’.