Jagad.id – Senja adalah suatu peristiwa yang selalu hadir mengantar kita pada malam hari. Ya, sore hari yang selalu ada senja. Mungkin senja bisa diibaratkan sebagai perpisahan, karena kita akan berpisah di waktu ini. Berikut ini adalah puisi senja yang bisa kita nikmati sebagai peneduh suasana hati kita. Semoga terhibur.
Senja Bersama Luka
Pernahkah kau bertemu layung?
Kata dasar dari lembayung
Warna jingga yang memudar
Tapi tak pucat
Tak terang
Tak gelap jua
Gradasi warna dari terang ke gelap
Layung indah ciciptakan
Membawa kita pada alam bawah sadar kita
Menuju pada tenang
Nuansa yang setiap hari selalu setia
Selalu menepati janjinya
Warna terindah dari warna warni kehidupan
Warna yang mungkin jua membawa ke dalam gelap
Memang hanya sejenak
Namun tak terlupakan
Seperti dirimu yang datang sebentar
Lalu pergi begitu saja
Bersama luka kunikmati ini
Meski tak pernah masuk dalam malam
Juga tak pernah bersanding bersama surya
Meski meninggalkan pesan
Meski membawa pada tenang
Ia tetap membutuhkan Sang Surya
Rajanya hari
Sebagai penuntun kehidupan
Inilah hakikat perjalanan hidup
Malam pun juga tak dilupakan
Karena gelapnya masih bisa dinikmati
Dalam lelahnya perjalanan hidup
Merenungi apa yang sudah terjadi
Sebagai kisah kisah masa lalu
Luka dan senja bagai sepasang kekasih
Selalu ada luka di kala senja
Karena perpisahan di hari yang indah
Luka membawa tenang
Senja tempatku bersembunyi
Senja menciptakan layung
Senja dalam hati yang terpeti
Ini kisah para peluka
Sajak Senja
Lihatlah kawan di ufuk sana
Hiasan alam bersama angin sepoi sepoi
Dedaunan melambai lembut dan riang
Sorak sorai bersama gesekan dedaunan
Bahkan matahari enggan mengganggu
Karena senja yang elok
Tak kuasa untuk melawan takdirnya
Tak kuasa untuk melewati garisnya
Ingin dan asa pun sirna
Sayup sayup angin berhembus hangat
Burung burung pun pulang menghampiri keluarganya
Bayangannya pun juga tak terlihat
Suasana menjadi senyap
Menata cerita dan kisa dalam jiwa
Menyatukan hiruk pikuk kehidupan
Adalah coretan tinta hidup
Bintang bintang mulai muncul di permukaan
Tebaran sebagai hiasan malam kelam
Mengantar kita pada memori
Titipan dari senja yang telah pergi
Ke tempat yang sudah ditulis
Warna Itu
Ingatkah ucapanmu?
Ketika senja bersama jingganya
Bersama bait-bait indah
Hingga menjadi sajak yang elok
Burung-burung pun tak malu tuk diam
Tuk menikmatinya
Kicauannya bersama sahabat-sahabat mereka berceloteh
Sahabat di pesanggrahannya yang setia
Angin mulai membelai kulit ini
Tak satupun terdengar
Tapi dirasakan
Bisikan ke dalam jiwa
Adalah saksi jiwa
Yang bisu enggan untuk bicara
Tak kan terlupakan
Adalah bagian dari hidup
Isi dan irisan kisah
Membuat kokohnya hidup
Mengarungi janji janji terlewati
Di Balik Senja
Ketika memandang senja
Terlukis wajahmu masa laluku
Bias-bias
Tintanya darahku
Kuasnya jiwaku
Kanvasnya langit
Angin meniup raga
Saksi bergoyang lembut
Teriakan burung menyeringai
Lihat cakrawala
Tanya pada matahari
Apa hakekat bahasa alam
Yang perlu kita maknai dan pahajmi
Terus pandanglah senja
Hingga rautmu terlihat di sana
Adalah cerminmu
Selalu teringat
Seakan terhapus dalam benak
Sayangnya,
Rasa ini telah meneror jiwa
Sudah lama terpendam
Kini muncul kembali ke permukaan
Dan menyeretku ke dalam gua hitam
Hati mulai meluah
Takut masuk ke dalam jiwa
Semakin dalam
Rasa ini resah dan gelisah
Hingga pusara sukma tergali