Demensia atau dementia merupakan salah satu penyakit yang dapat mengakibatkan menurunnya cara berpikir dan juga daya ingat seseorang. Kondisi demikian akan berdampak pada kemampuan bersosialisasi, gaya hidup dan bahkan kegiatan sehari-hari seseorang yang menderita penyakit ini. Sedangkan untuk jenis penyakit demensia yang paling sering terjadi yaitu demensia vaskular dan alzheimer. Demensia vaskular merupakan jenis demensia yang diakibatkan oleh pembuluh darah otak mengalami gangguan. Sedangkan alzheimer merupakan jenis demensia yang berhubungan erat dengan perubahan protein di otak dan perubahan genetik.
Banyak yang beranggapan bahwa demensia ini sama dengan pikun, padahal berbeda. Karena pikun biasanya dialami oleh seseorang yang sudah lanjut karena adanya perubahan dalam kemampuan mengingat dan perubahan berpikir. Meskipun demikian, adanya perubahan tersebut tidak menyebabkan seseorang terlalu bergantung kepada orang lain dan perubahan dalam mengingat pun tidak terlalu signifikan.
A. Faktor Risiko Penyebab Demensia
Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan demensia, antara lain:
1. Usia
Meskipun penyebab kepastiannya belum dapat diketahui, tapi demensia biasanya lebih sering terjadi pada seseorang dengan usia lanjut. Jadi semakin tua usia seseorang, maka risiko terkena demensia juga akan semakin besar.
2. Malas Olahraga
Kurangnya aktivitas fisik sehari-hari seperti berolahraga juga bisa menjadi salah satu penyebab demensia. Malas berolahraga akan menurunkan fungsi otak dan memicu berbagai penyakit kronis lainnya. Olahraga secara rutin setidaknya 3 kali dalam seminggu, selama 30 menit setiap kali melakukan olahraga.
3. Penyakit yang Dialami
Demensia juga bisa menjadi pertanda bahwa di tubuh Anda sedang mengalami penyakit tertentu, misalnya kolesterol tinggi. Kolesterol yang menumpuk akan lebih mempersempit pembuluh darah sehingga dapat menganggu aliran darah ke otak. Bukan hanya kolesterol, diabetes juga akan meningkatkan risiko terjadinya demensia karena jika diabetes tidak terkontrol akan merusak pembuluh darah ke otak dan berbagai saraf yang ada di otak kita.
4. Pola Makan Tidak Sehat
Pola makan tidak sehat seperti sering mengonsumsi makanan berlemak, tinggi gula, banyak garam akan memicu berbagai penyakit yang membahayakan salah satunya demensia.
5. Cedera Kepala
Terkena benturan keras atau kepala yang mengalami cedera memang tidak boleh diabaikan karena dapat mengakibatkan rusaknya otak. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2014 mengatakan bahwa seseorang yang menderita cedera otak diatas usia 55 tahun akan berisiko lebih tinggi mengalami demensia.
6. Depresi
Dan faktor risiko yang terakhir adalah depresi yang diduga kuat menjadi penyebab penyakit demensia pada seseorang yang berusia lanjut. Ini disebabkan karena depresi akan membuat seseorang menarik diri dari lingkungan yang ada di sekitarnya. Apalagi jika mengalami penyakit stroke dan depresi, maka risiko terkena demensia akan meningkat hingga 5 kali lipat.
B. Kondisi Lainnya Yang Dapat Menimbulkan Gejala Demensia
Selain penyakit demensia vaskular dan alzheimer, ada juga berbagai kondisi lainnya yang dapat menimbulkan gejala demensia ini dan sifatnya pun sementara. Kondisi tersebut antara lain:
- Kelainan endrokrin atau metabolisme.
- Multiple sclerosis.
- Subdural hematoma.
- Tumor Otak.
- Efek samping dari obat yang dikonsumsi seperti obat pereda nyeri dan obat penenang.
- Tubuh kekurangan mineral dan vitamin tertentu.
- Keracunan yang diakibatkan oleh pestisida, logam berat an juga alkohol.
C. Tahapan Gejala Demensia
Penyakit demensia tentu memiliki gejala utama seperti perubahan cara berpikir dan penurunan memori sehingga bisa membuat penderitanya mengalami perubahan tingkah laku juga cara berbicara. Bahkan seiring berjalannya waktu, gejala tersebut bisa memburuk. Ada beberapa tahap gejala demensia, antara lain:
• Tahap 1: Gejala awal ini penderita masih memiliki fungsi otak yang normal, sehingga gejala lainnya belum terlihat.
• Tahap 2: Di tahap ke dua ini gejala yang ditimbulkan memang sudah terlihat meskipun tidak mempengaruhi kegiatan sehari-hari si penderita. Misalnya saja kesulitan memilih kata-kata apa yang tepat digunakan, sulit membuat keputusan, mudah lupa pada kegiatan yang belum lama dilakukan, sulit memecahkan masalah dan lain sebagainya.
• Tahap 3: Gangguan mental organik mulai terjadi pada tahap ketiga. Seperti penderita tersesat saat melewati jalan yang bahkan sudah biasa dilalui, kemampuan bersosialisasi menurun, kepribadian sedikit berubah, sulit mempelajari hal-hal baru dan kurang bersemangat.
• Tahap 4: Dalam melakukan kegiatan sehari-harinya, penderita akan mulai membutuhkan bantuan dari orang lain, sering berhalusinasi, anti sosial, bersikap kasar, mudah marah, pola tidur yang berubah, kesulitan saat membaca dan juga menulis, mandi dan makan pun membutuhkan bantuan dari orang lain.
• Tahap 5: Dan yang gejala yang terakhir ini penderita sudah masuk di tahap demensia berat. Penderita tidak dapat hidup secara mandiri, tidak mengerti bahasa, tidak mengenali keluarga atau kerabat terdekat dan tidak bisa berjalan atau duduk.
Agar tetap dapat menjaga kualitas hidup penderita demensia, maka dukungan keluarga sangatlah penting. Dukungan yang dilakukan dapat berupa komunikasi, melakukan aktivitas yang menyenangkan bersama-sama seperti olahraga, membuat perencanaan pengobatan selanjutnya bersama dengan si penderita dan sebagai alat bantu untuk mengingat Anda dapat membuatkan agenda kalender bersama.