Jagad.id – Kisah di zaman nabi Muhammad ﷺ memang banyak teladan yang dapat kita ambil dari sebuah hadits dan riwayat, tetapi perlu di ketahui bahwa tidak semua tulisan hasil terjemahaan sama seperti hadits, mungkin ada beberapa kata yang kurang tepat dengan yang dimaksudkan dalam hadits tersebut. Ada baiknya jika menyebarkan Hadits dengan ditampilkan juga bahasa arab aslinya agar tidak keliru jika di terjemahkan ke bahasa yang lain nantinya. Sebenarnya saya juga ingin menampilkan versi asli dalam bahasa arab Hadits berikut ini, tetapi untuk mencari sumber versi arabnya sangat susah dan terkadang terhalang dengan CopyRight pemilik website lainnya.
Riwayat Kisah Pendeta Yahudi Yang Mencekik Rasulullah ﷺ dan Akhirnya Masuk Islam :
Pada suatu hari Rasulullah ﷺ keluar bersama sahabat-sahabat beliau, di antara salah satunya adalah Ali bin Abi Thalib رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
Tiba-tiba datang menemui Rasulullah ﷺ seorang Badui dengan mengendarai seekor kuda, lalu ia menghampiri dan mendekat seraya berkata, “Ya Rasulullah di kampung itu ada sekumpulan manusia yang sudah memeluk Agama Islam dengan mengatakan bahwa jika memeluk Islam, mereka akan mendapat rahmat dan rezeki dari Allah. Tetapi sesudah mereka semua memeluk Islam, maka terjadilah musim kemarau yang berkepanjangan sehingga mereka ditimpa kelaparan dan kehausan. Saya khawatir ya Rasulullah jika mereka kembali kufur meninggalkan Islam, karena mereka memeluk Islam juga karena soal perut. Saya menginginkan engkau mengirimkan bantuan kepada mereka untuk mengatasi bahaya kelaparan yang menimpa mereka itu.”
Mendengar keterangan itu. Rasulullah ﷺ lalu memandang Ali bin Abu Thalib رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ. Ali رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ mengerti maksud pandangan itu kemudian Ali رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ berkata, “Ya Rasulullah, tidak ada lagi bahan makanan pada kita untuk membantu mereka.”
Zaid bin Sanah, seorang pendeta Yahudi yang turut mendengarkan laporan orang Badui dan jawaban Ali bin Abu Thalib رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ lalu mendekatlah ia kepada Rasulullah ﷺ dan berkata, “Wahai Rasulullah, kalau engkau suka, akan saya belikan kurma yang baik lalu kurma itu dapat engkau beli dariku dengan hutang dan dengan perjanjian.”
Berkata Rasulullah ﷺ, “Jangan dibeli kurma itu sekiranya kau berharap aku berhutang kepadamu, tetapi belilah kurma itu dan berilah kami pinjaman dari engkau.”
“Baiklah,” jawab Zaid bin Sanah sang pendeta Yahudi itu.
Zaid bin Sanah kemudian membeli buah kurma yang kualitas terbaik lalu menyerahkan kepada Rasulullah ﷺ dengan perjanjian-perjanjian tertentu dan akan dibayar kembali dalam jangka waktu yang tertentu pula,kemudian Rasulullah ﷺ menerima kurma itu, lalu diserahkan kepada orang Badui untuk dibagikan kepada penduduk kampung yang ditimpa bencana itu.
Beberapa hari berselang sebelum jatuh tempo perjanjian pembayaran hutang ketika Rasulullah ﷺ tengah melawat satu jenazah, datanglah Zaid bin Sa’nah menemui beliau untuk menuntut hutangnya.
Yahudi itu menarik ujung jubah dan selendang beliau sambil memandang dengan wajah yang Keras. Dia berkata: “Ya Muhammad, lunaskanlah hutangmu padaku!” dengan nada yang kasar.
Melihat hal itu Umar رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ pun marah, ia menoleh ke arah Zaid si Yahudi sambil mendelikkan matanya seraya berkata: “Hai musuh Allah, apakah engkau berani berkata dan berbuat tidak senonoh terhadap Rasulullah ﷺ di hadapanku!” Demi Dzat Yang telah mengutusnya dengan membawa Al-Haq, seandainya bukan kerana menghindari teguran beliau, niscaya sudah kutebas engkau dengan pedangku!”
Beliau Rasulullah ﷺ berkata :
“Wahai Umar, saya dan dia lebih membutuhkan nasehatmu. Yaitu engkau anjurkan kepadaku untuk menunaikan hutangnya dengan baik, dan engkau perintahkan dia untuk menuntut hutangnya dengan cara yang baik pula. Wahai umar bawalah dia dan tunaikanlah haknya. Serta tambahlah dengan dua puluh sha’ kurma.”
Melihat Umar رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ menambah dua puluh sha’ kurma, Zaid si Yahudi itu bertanya: “Ya Umar, tambahan apakah ini?
Umar رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ menjawab: “Rasulullah ﷺ memerintahkanku untuk menambahkannya sebagai ganti kemarahanku!”
Si Yahudi itu berkata: “Ya Umar, apakah engkau mengenaliku?”
“Tidak, lalu siapakah Anda?” Umar رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ balas bertanya.
“Aku adalah Zaid bin Sa’nah” jawabnya.
“Apakah Zaid si PendetaYahudi itu?” tanya Umar رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ lagi.
“Benar!” sahutnya.
Umar رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ lantas berkata: “Apakah yang mendorongmu berbicara dan bertindak seperti itu terhadap Rasulullah ﷺ ?
Zaid menjawab: “Ya Umar, tidak satupun tanda-tanda kenabian kecuali aku pasti mengenalinya melalui wajah beliau setiap kali aku memandangnya. Tinggal dua tanda yang belum aku buktikan, Yaitu: apakah beliau tetap besabar walaupun mendapat perlakuan buruk , dan apakah perlakuan buruk yang ditujukan kepadanya justeru semakin menambah kemurahan hati-nya? Dan sekarang aku telah membuktikannya. Aku bersaksi kepadamu wahai Umar, bahawa aku rela Allah سُبْحَانَهُ وتَعَالَى sebagai Rabbku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad sebagai nabiku. Dan Aku bersaksi kepadamu bahawa aku telah menyedekahkan sebahagian hartaku untuk umat Muhammad .”
Umar رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ berkata: ”Untuk sebagian umat Muhammad ﷺ saja, maksudmu ? sebab hartamu tidak akan cukup untuk dibahagikan kepada seluruh umat Muhammad .” Zaid berkata: “Ya, untuk sebagian umat Muhammad .
Zaid kemudian kembali menemui Rasulullah ﷺ dan menyatakan kalimah syahadah “Asyhadu al Laa Ilaaha Illallaahu, wa Asyhadu Anna Muhammadan Abduhu wa Rasuuluhu”. Ia beriman dan membenarkan Rasulullah ﷺ .”
(HR. Al-Hakim dalam kitab Mustadrak dan menshahihkannya).
(Riwayat At-Thabrani dari Abdullah bin Salaam رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ )