Hukum Bersenang-senang dalam Islam

Jagad.idHukum Bersenang-senang dalam Islam. Hukum bersenang-senang, hiburan, liburan, dan melakukan hal yang menyenangkan lainnya  dalam pandangan Islam. Kehidupan manusia tidak terlepas dari hiburan dan kesenangan. Selainnya memerlukan makanan untuk penuhi keperluan biologis, juga manusia memerlukan kesenangan sebagai sisi dari keperluan psikis dan intern.

Kesenangan saja diperbolehkan dalam Islam terkecuali mengikutsertakan dosa dan tidak terlalu berlebihan. Nikmati makanan nikmat, keelokan, dan selingan ialah beberapa hal yang Tuhan izinkan.

Dalil tentang Hukum bersenang-senang dalam Islam

Allah SWT berfirman :

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِيْنَةَ اللّٰهِ الَّتِيْٓ اَخْرَجَ لِعِبَادِهٖ وَالطَّيِّبٰتِ مِنَ الرِّزْقِۗ قُلْ هِيَ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَّوْمَ الْقِيٰمَةِۗ كَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ

Artinya : “Wahai anak Adam, gunakanlah bajumu yang cantik tiap (interferensi) dan makan dan minumlah, dan jangan sampai terlalu berlebih. Ia betul-betul tidak sukai ada di sekeliling orang. Ucapkanlah (Nabi Muhammad): Siapa yang larang perhiasan Allah yang sudah Ia persiapkan untuk hamba-hamba-Nya dan rejeki-Nya yang adil? Berikanlah semuanya ke beberapa orang yang memiliki iman (dan pun tidak memiliki iman) pada kehidupan dunia ini, (tapi kelak) di hari kiamat (untuk yang memiliki iman saja). Menguraikan ayat-ayat untuk beberapa orang memiliki ilmu (QS. Al-A’raf [7]: 31-32).”

Baca Junga : 4 Kewajiban Anak berbakti kepada Orangtua yang sudah Wafat

Bahkan juga dalam beberapa hal tertentu, Islam menyarankan untuk melangsungkan acara pesta. Misalkan, Rasulullah pernah menyarankan supaya menikah dengan salah satunya teman dekat dekatnya, Abd al-Rahman ibn Auf Radhi. Waktu itu, Nabi memerintah supaya diselenggarakan upacara pernikahan walau secara paling simpel.

Rasulullah SAW bersabda :

أَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ

Artinya : “Melangsungkan acara pesta, walau cukup dengan seekor kambing (HR. Muslim No. 1427).”

Pernah suatu saat, dia ialah sahabat Abu Bakar RA. dan Hanzalah RA. Kepedulian yang serupa pada kehidupan dunia selanjutnya mengadukannya ke Rasulullah. Mereka risau sebab menganggap ada di dekat Rasulullah. Hati dan pemikiran mereka dipenuhi oleh beberapa hal yang terkait dengan akhirat. Bahkan juga Surga dan Neraka terlihat di cakrawala. Tapi saat mereka kembali lagi ke keluarga dan bekerja, mereka rasakan hal sama saat ia dan Rasulullah sudah tidak ada. Mereka berasa munafik. Rasulullah sebagai Utusan Allah menjelaskan sesudah dengar ini:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنْ لَوْ تَدُومُونَ عَلَى مَا تَكُونُونَ عِنْدِي وَفِي الذِّكْرِ لَصَافَحَتْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ عَلَى فُرُشِكُمْ وَفِي طُرُقِكُمْ وَلَكِنْ يَا حَنْظَلَةُ سَاعَةً وَسَاعَة

Artinya : “Untuk yang pada tangan siapa saya, bila kamu masih tetap seperti kamu saat kamu bersamaku, atau seperti kamu saat kamu disebut, beberapa malaikat akan menyongsong kalian pada tempat tidurmu dan saat jalan-jalan. Tetapi wahai Hanadzala, segala hal ada waktunya (HR. Muslim No. 2750).”

Baca Juga : 5 Tanda-tanda Allah mencintai Hambanya

“Malaikat akan menyapamu” sebagai lambang yang tidak pernah terjadi. Karena itu Rasulullah SAW jadikan lumrah bila manusia mempunyai kecondongan untuk habiskan waktu berkualitas dengan keluarga atau hal yang lain.

Imam al-Nawawi menerangkan jika hadits di atas memberitahukan kita mengenai kesalehan beberapa teman dekat dengan merujuk pada perasaan alami manusia untuk berpikiran secara berlainan pada kondisi yang lain. Dan keadaan ini tidak ada hubungan dengan kemunafikan. Islam ialah agama alam, jalan sedang dalam segalanya, dan menyatukan faedah dunia dan akhirat. Itu penuhi keperluan badan dan jiwa.

Hal ini sesuai apa yang dipastikan dalam Al-Qur’an. Islam ialah agama yang perlakukan manusia sesuai perasaannya.

Allah Swt berfirman :

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

Artinya : “Dan cari apa yang sudah Allah limpahkan padamu di akhirat, tetapi tidak boleh lupakan bagianmu di bumi ini. Melakukan perbuatan baik padamu seperti Allah sudah melakukan perbuatan baik padamu, dan tidak boleh memengaruhinya di bumi. Sebenarnya Allah tidak menyenangi beberapa orang yang melakukan perbuatan kerusakan.” (Quss: Al-Qasas [28]: 77).”

Baca Juga : Kisah Iblis : Menghindari Tipu Daya 7 Prajurit Inti Iblis

Tidak jadi masalah bila kita ingin liburan/hiburan, pesta, dan bergembira sepanjang yang kita kerjakan tidak memiliki kandungan beberapa unsur yang diharamkan Allah, seperti percampuran lelaki dan wanita yang tak terbatas, tinggalkan shalat, dan lain-lain.

Dan untuk acara pesta, kita harus juga memerhatikan buat apa kita melangsungkan acara pesta. Janganlah sampai kita rayakan suatu hal yang sebetulnya tidak dibolehkan, seperti rayakan hari raya keagamaan yang lain.

Disamping itu, kita harus juga ingat untuk tidak begitu bergembira sampai lupakan akhirat, hingga jadi pemicu kematian hati.

Rasulullah ﷺ bersabda:

وَلاَ تُكْثِرِ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ

Artinya : “Dan janganlah banyak tertawa karena sesungguhnya banyak tertawa mematikan hati (HR. Tirmizi no. 2305).”

Baca Juga : 4 Kondisi Afdhol untuk Sedekah sesuai Anjuran Nabi

Allah berfirman:

وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ ۗوَلَلدَّارُ الْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ

Artinya : “Kehidupan dunia hanyalah permainan dan kelengahan, sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti? (QS Al-An’am [6]: 32).”

Nah, itulah tadi pembahasan mengenai Hukum Bersenang-senang dalam Islam semoga menambah kita ketaqwaan kita dalam melakukan suatu hal agar tidak berlebihan dan selalu diridhoi Allah.Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan serta wawasan kita dalam beribadah kepada Allah SWT. Sekian dan terima kasih.