jagad.id-Sapi bali merupakan sapi asli yang penting karena populasinya yang tinggi dan persebarannya yang luas di Indonesia. Meningkatnya impor daging dan untuk memenuhi kebutuhan lokal harus mampu memotivasi pihak terkait untuk meningkatkan produktivitasd Indonesia melalui pengelolaan yang baik, termasuk sapi Bali.
Beberapa karakteristik yang baik dimiliki oleh sapi tersebut , terutama kemampuan beradaptasi di lingkungan dengan kualitas pakan yang buruk dan memiliki fertilitas yang baik. Keputusan pemerintah untuk menetapkan Propinsi Bali sebagai kawasan lindung bagi ternak lainnya dalam rangka konservasisangat beralasan mengingat Indonesia merupakan pusat gen dan tempat domestikasi pertama sapi bli.
Sapi Bali Yang Bertubuh Padat Dan Relatif Kecil
Perbaikan genetik sapi Bli telah dilakukan di zona breed murni di Provinsi Bali melalui seleksi dan uji progeni di P3Bali dan berhasil mendapatkan sapi dengan Nilai Perkiraan Breeding yang baik. Pejantan elite yang diperoleh melalui program tersebut diharapkan mampu mengembangkan sapi Bali secara menyeluruh di Indonesia melalui program Inseminasi Buatan.
Peningkatan mutu genetik melalui persilangan Bos taurus dan Bos indicus telah dilakukan di daerah sumber ternak dan telah mampu menghasilkan persilangan dengan produktivitas yang baik sebagai stok akhir. Ada kecenderungan untuk terus memperbaiki komposisi genetik Bos taurus melalui inseminasi buatan di tingkat petani. Komposisi genetik ideal persilangan perlu dievaluasi untuk mencapai komposisi genotipe yang optimal.
Sapi bali polled, atau breed sapi tanpa tanduk alami pertama kali dikenal pada awal 1980-an di Sidendreng-Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan, dimana sapi Bali (Bos sondaicus) dikawinkan dengan beberapa persilangan Brahman (BX).
Sedangkan BX merupakan hasil persilangan antara sapi Brahman dengan breed Hereford atau shorthorn (Bos Taurus) pada peternakan komersial di wilayah tersebut. Karena varian tersebut dianggap memiliki keunggulan sifat produktivitas tinggi dan/atau bahkan mungkin menjadi bibit sapi unggul pilihan yang mampu dikembangkan oleh Universitas Hassanuddin, berbagai penelitian telah dilakukan sejak tahun 1985 Hingga saat ini, penelitian tersebut berhasil.
telah menghasilkan beberapa temuan, namun sejauh ini mungkin hanya sampai tahap awal. Investigasi yang luas dan menyeluruh tentang sifat-sifat produktivitas varian sapi Bali (PBC) yang disurvei sedang dicari. Saat ini, program pengembangan industri pembibitan sapi lokal berbasis iptek di pusat pembibitan Maiwa, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin telah melakukan studi serial tentang profil genetik varian-varian tersebut, dan juga pada gen kontrol pertumbuhan dan adaptasinya. Gen telah ditargetkan untuk digunakan sebagai marker-assisted selection (MAS).
Sapi Bali merupakan jenis sapi yang dominan dipelihara oleh petani kecil yang tinggal di desa-desa di seluruh wilayah Sulawesi Tenggara. Selain memelihara sapi Bali, mereka juga bercocok tanam untuk menunjang mata pencahariannya, jadi sebenarnya mereka bukan peternak sapi.
Namun keberadaan sapi bali bagi peternak telah menjadi penopang utama perekonomian keluarga di saat mereka membutuhkan banyak uang baik untuk kebutuhan pendidikan anak maupun acara seremonial agama dan budaya.
Manajemen produksi ternak sapi di Sulawesi Tenggara cukup beragam karena bergantung pada kebiasaan peternak. Di pemukiman transmigrasi, umumnya dipelihara oleh peternak dengan sistem semi intensif bahkan ada yang dipelihara secara intensif terutama untuk keperluan penggemukan. Sedangkan di pemukiman masyarakat setempat (masyarakat adat), ternak sapi umumnya dipelihara secara ekstensif atau semi intensif.
Peternak kecil memelihara sapi dalam skala kecil (rata-rata 2 – 5 ekor/rumah tangga). Namun, di daerah dengan sistem pengelolaan ekstensif (peternakan alami), mereka bahkan dapat memelihara seratus ekor sapi per petani. Berdasarkan data statistik peternakan, populasi sapi potong di Sulawesi Tenggara meningkat sekitar 15% per tahun selama 2013-2017 namun menurun sekitar 19% selama 2017-2018.
Namun data awal tahun 2019 populasi sapi di Sulawesi Tenggara kembali meningkat sekitar 41%. Breed sapi Bali sekitar ±95% (90%-99%) populasi sapi potong di Sulawesi Tenggara. Bibit lainnya merupakan hasil persilangan antara sapi Bali dengan Limousine, Simmental, Brahman Cross atau Ongole Cross.
Berdasarkan data populasi sapi (Desember 2018), populasi sapi lebih banyak dari populasi sapi jantan. Kesuburan sapi beragam dengan jarak beranak berkisar antara 1-3 tahun karena beberapa faktor seperti ketersediaan pejantan, nutrisi, pemahaman yang kurang tentang tanda estrus, penyakit dll.
Daerah yang menerapkan inseminasi buatan dengan baik, fertilitas sapi bli baik, ditandai dengan masa anestrus pasca partus yang singkat (40-60 hari) atau jarak beranak sekitar 12-13 bulan. Apalagi sapi bli memiliki masa reproduksi yang panjang, masih cukup subur hingga umur 13-15 tahun.
Sapi Bali juga dipelihara untuk tujuan penggemukan. Sapi pejantan muda dapat memperoleh pertambahan bobot harian hingga 0,7kg/hari ketika diberi pakan rumput plus konsentrat dibandingkan dengan penggemukan padang penggemukan yang perolehan hariannya hanya berkisar antara 0,2-0,4kg/hari.